Lihat ke Halaman Asli

Indrato Sumantoro

Pengamat Aspal Buton

Aspal Hibrida, Aspal Impian Indonesia?

Diperbarui: 5 Juni 2019   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Aspal Buton sudah lama dilupakan orang. Tetapi tiba-tiba, tidak ada angin dan tidak ada hujan, aspal Buton menjadi perhatian Pemerintah yang serius. Apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan aspal Buton ? Ini suatu berita kejutan bagi pencinta aspal Buton.

Pada tanggal 2 Mei 2019, Menteri Koordinator Kemaritiman Bapak Luhut Binsar Panjaitan memimpin Rapat Koordinasi dengan Topik "Percepatan Pengembangan dan Penggunaan Aspal Buton".Kelihatannya Pak Luhut baru sadar bahwa selama ini Indonesia masih terus mengimpor aspal minyak hampir senilai US$ 700 juta per tahun. Rapat Koordinasi ini bertujuan untuk mengurangi jumlah impor aspal minyak yang jumlahnya sangat besar. Diharapkan aspal Buton dapat ditingkatkan produksinya untuk dapat mengurangi jumlah impor aspal minyak tersebut. Tetapi mengapa baru sekarang aspal Buton menjadi perhatian Pemerintah yang serius ? Padahal aspal Buton sudah ditemukan sejak tahun 1924 atau hampir 1 abad yang lalu. Mungkin hal ini dipicu karena pada saat ini sedang terjadi defisit anggaran Negara yang sangat besar, dimana nilal impor jauh lebih besar dari pada nilai ekspor.

Pada tanggal 14 - 15 Mei 2019,  Deputi Bidang Koordinasi Daya Alam dan Jasa, yang diwakili oleh Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi dan Nonkonvensional, Bapak Amalyos, memimpin Rapat Koordinasi dengan Topik "Kesiapan Infrastruktur Pengelolaan dan Distribusi Aspal Buton", dan dilanjutkan dengan peninjauan lapangan di Surabaya. Hal ini merupakan tindaklanjut yang cepat tanggap hasil dari Rapat Koordinasi sebelumnya. Bapak Presiden sudah memberikan pengarahannya untuk mengoptimalkan penggunaan aspal Buton sebagai sumber daya alam aspal yang terbaik dan terbesar di dunia. Pemerintah akan segera meyusun "Road Map" untuk mengelola penggunaan aspal Buton, antara lain untuk mengatasi permasalahan-permasalahan regulasi, perizinan, logistik, dll.

Pada tanggal 27 Mei 2019 Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memanggil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Bapak Ali Mazi untuk Rapat Koordinasi terkait optimalisasi penggunaan aspal Buton. Bapak Gubernur mengatakan bahwa minimnya penggunaan aspal Buton lantaran adanya asumsi aspal minyak lebih baik dari pada aspal Buton. Menurutnya, hal itu tidak benar. Beliau berharap, porsi penggunaan aspal Buton dalam negeri berbalik lebih banyak dibanding dari aspal minyak impor. Meski demikian, dirinya masih belum bisa memaparkan secara strategi yang bakal ditempuh. Ditargetkan dalam kurun waktu 2 tahun aspal Buton telah digunakan untuk seluruh pembangunan infrastruktur jalan-jalan di seluruh Indonesia dengan sasaran Indonesia akan mengurangi signifikan impor aspal minyak.

Apa yang dapat kita tarik kesimpulan dari berita-berita di atas ?  Yang pasti, ini merupakan  kabar yang menggembirakan bagi rakyat yang tinggal di Pulau Buton. Mereka sudah menantikan hampir 1 abad lamanya agar sumber daya alam aspal yang melimpah ini dapat dikelola oleh Pemerintah untuk menyejahterakan rakyatnya. Kapankah harapan besar rakyat ini benar-benar bisa terealisasikan ? Kenyataannya sudah banyak janji-janji yang telah diucapkan oleh Pemerintah di masa lalu, tetapi semua itu kelihatannya hanya berupa pencitraan semata. Apa sebenarnya permasalahan aspal Buton yang sesungguhnya sehingga aspal Buton tetap saja terpuruk sampai saat ini ?. Aspal Buton sekarang diproduksi dalam bentuk aspal granular atau butiran. Penggunaan aspal Buton granular adalah 70 - 100 ribu ton per tahun. Padahal kebutuhan aspal Nasional adalah 1,3 - 1,5 juta ton per tahun. Jadi penggunaan aspal Buton granular ini tidak lebih dari 7% dari keseluruhan kebutuhan aspal Nasional. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana strategi Pemerintah untuk dapat meningkatkan penggunaan aspal Buton guna mengurangi impor aspal minyak ? Pada saat ini Pemerintah fokus untuk meningkatkan penggunaan aspal Buton granular. Padahal kita sudah tahu pasti bahwa seandainya saja aspal Buton granular mampu ditingkatkan produksinya menjadi 2 kali lipat, atau bahkan 3 kali lipat, maka jumlahnya akan tetap saja jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kebutuhan aspal Nasional. Oleh karena itu Pemerintah harus mencari alternatif lain yang lebih bijak dan tepat sasaran; yaitu meningkatkan penggunaan aspal Buton, yang sekaligus juga akan mampu menggantikan aspal minyak impor.  Jadi tujuan akhir yang sebenarnya, yang harus dicapai adalah memproduksi aspal Buton untuk menggantikan aspal minyak impor, dan bukan hanya sekedar untuk meningkatkan penggunaan aspal Buton saja. Apabila kita semuanya sudah paham dengan apa tujuan akhir kita yang sebenarnya, maka menurut hemat kami, alternatif jitu yang perlu mendapatkan perhatian besar dari Pemerintah adalah bagaimana strategi Pemerintah untuk memproduksi segera Aspal Hibrida.

Aspal Hibrida adalah campuran antara Decant Oil dari Pertamina dengan aspal Buton ekstraksi. Pertamina sudah memproduksi Decant Oil dari kilang-kilang minyaknya. Tetapi yang sekarang masih belum ada adalah produk aspal Buton ekstraksinya. Oleh karena itu, apabila Bapak Luhut Binsar Panjaitan benar-benar serius dan ingin sekali mengurangi aspal minyak impor, maka Pemerintah harus fokus untuk memproduksi aspal Buton ekstraksi. PT Wijaya Karya Bitumen sudah melakukan Pilot Project untuk memproduksi aspal Buton ekstraksi. Dengan demikian diharapkan dalam waktu yang tidak akan terlalu lama lagi aspal Buton ekstraksi sudah dapat diproduksi secara komersil. Secara bertahap kebutuhan aspal Nasional nantinya akan dapat semuanya dipenuhi oleh Aspal Hibrida.

Memproduksi aspal Buton ekstraksi sekarang ini masih berupa mimpi, karena prosesnya masih panjang untuk dapat merealisasikannya. Diperlukan langkah-langkah berani, patriotisme, dan nasionalisme yang kuat untuk menjadikan mimpi ini menjadi sebuah kenyataan. Oleh karena itu kita harus berani bermimpi sehingga pada suatu saat nanti aspal Hibrida akan mampu menggantikan aspal minyak impor. Ini adalah sebuah impian Indonesia.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline