Manajemen kelompok atau korporasi dapat berujung pada pengambilan keputusan. Manajemen kelompok dapat mengarah pada proses pengelolan pada sebuah kelompok yang memiliki hanya beberapa anggota dan tentunya memiliki tujuan bersama. Manajemen media kelompok mengikutsertakan strategi serta proses kelola media yang efisien dalam sebuah kelompok.
Namun, struktur organisasi dari manajemen media kelompok cenderung lebih sederhana dan perihal mengikuti perkembangan teknologi, media kelompok tidak secepat media korporasi. Ruang lingkup yang lebih sempit, dalam artian disini media kelompok memprioritaskan konten-konten lokal. Kelompok media memiliki pengembangan bisnis yang cenderung lebih sempit.
Media korporasi merupakan suatu perusahaan yang masif serta dikelola hingga dijalankan sebagai satu Perusahaan yang besar. Manajemen media korporasi mirip dengan media kelompok namun, memiliki struktur organisasi yang lebih kompleks. Pengembangan bisnis oleh media korporasi jauh lebih luas yang meliputi akuisisi, merger, aliansi, serta modal yang lebih besar.
Dalam manajemen media terdapat enam komponen yang terdiri dari perencanaan (merencanakan strategi yang diharapkan dapat mencapai tujuan), segmentasi demografi (segmen yang didasari pada peta kependudukan, umur, pekerjaan, penghasilan, suku, agama dan sebagainya), segmen psikografis (berdasarkan dari gaya hidup sehingga mempengaruhi perilaku seseorang dari jenis program siaran), dan segmen geografis (meliputi wilayah, provinsi, kabupaten, kota, perumahaan.
Tempat masyarakat tinggal dapat mempengaruhi perilaku/kebiasaan mereka). Targetting (penentuan segmen pasar), positioning (merancang produk serta bauran guna menciptakan kesan pada konsumen) organizing (penempatan individu sesuai dengan kompetensinya). Berikutnya controlling yang terbagi menjadi suplai informasi guna sebagai penyedia informasi kepada pengambil keputusan, koordinasi perencanaan, pemantauan, dan penyediaan, koodinasi manajemen yang komprehensif
Media kelompok yang relevan khususnya di Indonesia mengarah pada media sosial sebagai media informasi. Contohnya adalah Folkative. Folkative merupakan sebuah kanal berita pada media sosial dengan pengemasan yang bergaya gen-Z. Gaya gen-Z disini dalam artian straight to the point, simple dan mudah untuk dipahami. Folkative disini sebagai media lokal tentunya mengutamakan hal-hal yang terjadi di Indonesia serta relevan bagi bagi seluruh kalangan yang menikmatinya.
Tujuan dari eksisnya Folkative di media sosial tentunya menyajikan informasi terkini. Apabila dilihat dari penyajian informasinya, Folkative telah berhasil mencapai tujuannya menyampaikan informasi dilihat dari kolom komentar yang menjadi ruang diskusi bagi netizen. Biarpun Folkative merupakan media lokal, penggunaan caption pada kanal medianya menggunakan bahasa inggris, hal tersebut membuka peluang bagi netizen asing mengonsumsi informasi pada media tersebut.
Apabila melihat dari aspek manajemen media, planning dari Folkative tentunya memproduksi isu-isu sosial terkini, hingga mengeksplorasi karya lokal. Pengemasan media dilakukan dengan gaya yang mudah dipahami. Pemasaran media guna menjangkau audiens dilakukan dengan kolaborasi antara Folkative dengan influencer hinnga melakukan social media campaign.
Melihat aspek psikografis, khalayak aktif di media sosial sehingga dapat ikut serta dalam komunitas dan mencapai resposivitas terhadap konten yang interaktif dari Folkative. Folkative sendiri memiliki pusat operasi di Jakarta dengan mengekspansi media mereka ke kota-kota besar lain seperti Bandung, Surabaya dan kota lainnya serta menargetkan masyarakat urban. Kolaborasi dengan local creators juga dilakukan oleh mereka. Pengendalian media dari Folkative, mendapatkan feedback dari audiens untuk memahami selera serta preferensi mereka guna meningkatkan konten mereka.