Langit pagi masih buram dengan bayangan
Awan mendung menyisir matahari untuk jeda menyinar rerumputan
Daun-daun masih meringkuk dalam kedinginan
Alampun mulai tahu
Tak ada senyum diri yang semringah pada diri yang sulit terbuka
Meluapkan apa yang menjadi nestapa
Pertanda alam terkadang dusta
Seperti sekarang suara katak yang bernyanyi memanggil turunnya hujan
Atau mereka sengaja sembunyi diam-diam tertawa dan mengejek di balik tempurung jalang
*
Memandang cakrawala dalam balutan kabut embun
Mengingatkan rentetan malam tanpa pasangan
Rindu-rindu terpaut jurang perpisahan
Raga mulai runtuh dalam hitungan usia
Menyamai jiwa malang yang selalu diam
*
Berapa sering aku berkata pada alam
Berkali-kali meneriakan asa siang malam
Hingga senja nampak ungu menyambut malam
Mengisyaratkan hati meredam dendam
*
Kepalang sudah berada ditengah jalan
Jika dihentikan mungkin penyesalan datang mengguncang
Meniatkan lagi dan terus bertahan walau terhuyung angin topan
Lari dari hasutan setan yang gencar menghadang
https://indrapuisi.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H