Kini kamipun merasakan air mata dunia
Wabah itu menjangkit dan merenggut nyawa di negeri ini
Kami shock, porak-poranda
Kocar-kacir mencari solusi
Pelan tapi pasti linangan air mata saat kehilangan saudara tercinta
Anak yang berpisah dari orangtuanya
Dokter yang pamit pada pasiennya
*
Kami petani kecil ikut menderita, cuma berpasrah menitikkan air mata
Kapan ujian ini berakhir
Bagaimana menyambung hidup mencukupi pangan keluarga sedang pabrik-pabrik karet dan sawit tutup padahal kami mengais rezeki tiap hari mengumpulkan secawan getah dan berbutir sawit
Ya Allah terlalu berat bagi kami
*
Apa kami terlalu berdosa kepadaMu
Berapa lama kami bisa bertahan?
Berapa lagi ribuan nyawa melayang?
Di awal pagi
Di senandung adzhan ini aku mengingat kebesaranMu, tuhan
Jika ini peringatan
Cukup sudah......
https://indrapuisi.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H