Pendidikan Islam dalam implementasinya tidak lepas dari pengelolaan atau manajemen. Sarana dan sumber daya manusia terkait dengan pelaksanaan pendidikan Islam perlu ditata dan ditangani dengan baik. Konsep manajemen di sektor pendidikan diadaptasi dari mekanisme kelola industri yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Mengingat timbulnya berbagai masalah dalam lembaga pendidikan Islam, maka dicetuskan pemahaman mengenai manajemen pendidikan Islam.
Manajemen pendidikan Islam berarti sebuah upaya mengatur dan mengelola lembaga pendidikan Islam agar mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Penggunaan konsep manajemen kini tidak hanya berguna pada sektor umum, tetapi merambat ke ranah pendidikan. Implikasinya dalam pendidikan Islam memberikan pengaruh yang signifikan . Penurunan kinerja dan terhambatnya perkembangan dalam sebuah lembaga disebabkan karena adanya kekeliruan dalam manajemen, maka kemampuan dalam mengatur dan mengelola menjadi aspek yang penting.
Pendidikan Islam memiliki prinsip dan karakteristik yang digunakan dalam mengelola sebuah lembaga. Ramayulis (2008) mengatakan bahwa manajemen pendidikan Islam terdiri dari delapan prinsip, yaitu ikhlas, jujur, amanah, adil, tanggung jawab, dinamis, praktis, fleksibel. Karakteristik manajemen pendidikan Islam terbagi menjadi enam jenis, fleksibel, efektif, efisien, terbuka, kooperatif, dan partisipatif (Ansari, 2022).
Persepsi umum yang muncul di masyarakat mengenai pendidikan Islam menyasar pada eksklusifitas. Tanggapan tersebut disinyalir karena ditemukan beberapa lembaga pendidikan Islam yang membatasi diri dari situasi yang terjadi di luar. Berbagai alasan sering kita dengar, salah satunya mencegah pengaruh negatif yang bermunculan, terutama di era globalisasi. Mengacu pada prinsip dan karakteristik pada manajemen pendidikan Islam yang fleksibel dan terbuka tentu tidak mengarah pada aktivitas menerima segala fenomena yang terjadi. Namun, Menyesuaikan kemajuan teknologi dan informasi yang ada saat ini dengan ajaran-ajaran Islam atau tujuan yang direncanakan oleh lembaga terkait. Selain itu, sifat terbuka atau menerima saran dan kritik dalam menjalankan fungsi manajemen.
Tidak kaku dan mudah menyesuaikan
Bertolak dari prinsip yang telah dijelaskan, manajemen pendidikan Islam memegang teguh prinsip fleksibel yang berarti memiliki kesiapan dalam menghadapi tantangan zaman. Menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi dapat membuka peluang dalam memajukan sebuah institusi. Fleksibel atau dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi menjadi salah satu prinsip yang dianut dalam manajemen pendidikan Islam. Prinsip tersebut memberikan penegasan bahwa penanganan atau pengelolaan pendidikan Islam itu tidak kaku. Memutuskan untuk menjadi subjek yang kaku akan perkembangan zaman dan menolak untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah dikerjakan, mampu menghambat sebuah lembaga untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Ahyani, dkk. (2021) mengatakan bahwa manajemen pendidikan Islam mengandung prinsip umum yang fleksibel, dapat menyesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan zaman.
Fleksibel yang dimaksud pada pernyataan tersebut adalah kelenturan atau tidak kaku. Sebuah lembaga pendidikan Islam dapat meraih prestasi atau penghargaan jika menerapkan fleksibilitas dalam pengelolaannya. Kemutakhiran sarana dapat menunjang proses perkembangan warga yang terlibat dalam lembaga pendidikan Islam. Cara yang dilakukan adalah mengintegrasikannya dengan program pembelajaran dan pengelolaan lembaga pendidikan Islam.
Memberi peluang untuk berinovasi dan berpendapat
Selain transparan, keterbukaan menjadi salah satu faktor perkembangan sebuah organisasi. Perbedaan antara transparan dan terbuka ini terletak pada proses. Transparan berarti proses menyampaikan suatu informasi secara tepat pada seseorang atau kelompok dan terbuka berarti proses menerima masukan atau kritik, dan berbagai pendapat demi kemajuan sebuah lembaga.