Seorang anak remaja menangis histeris bahkan mengeluarkan kata-kata tidak pantas pada orang tuanya. Alasan sederhana si anak meminta di belikan sepeda motor. Padahal anak tersebut masih duduk di bangku SMP. Artinya dari sisi usia, ia belum layak mengendarai motor.
Disisi lain kondisi keuangan orang tua anak tersebut belum bisa dikatakan mapan. Bekerja serabutan dengan penghasilan tidak pasti tentu membuat si orang tua berpikir dua kali untuk kredit motor.
Apalagi masih ada kebutuhan utama yang harus dipenuhi seperti membayar kontrakan rumah, kebutuhan makan sehari-hari, biaya pendidikan anak, dan sebagainya. Bahkan orang tua hingga stres mengatur keuangan keluarga dan kerap berpikir bagaimana bisa mendapatkan uang lebih untuk besok? Apakah stok dapur masih cukup untuk besok? Bagaimana membayar cicilan yang akan jatuh tempo? dan sebagainya.
Jujur saya kerap melihat fenomena ini, orang tua banting tulang bekerja untuk keluarga dan anak namun disisi lain anak kurang bisa kooperatif. Gaya hidup dan gengsi anak jaman sekarang seakan semakin menambah beban orang tua.
Melihat video itu, ada rasa sedih karena pasti orang tua kecewa dan di satu sisi harga motor yang dihancurkan tidak bisa dikatakan murah. Kejadian di atas hanyalah sebagian kisah lain yang kerap terjadi di sekitar kita.
Mengapa hal ini kerap terjadi? Ini pertanyaan sederhana yang muncul di pikiran saya. Setidaknya ada 3 hal dasar utama yang menjadi faktor penyebab.
# Penciptaan Citra Diri Pada Generasi Muda
Siapa yang tidak suka jika dirinya di cap kaya, modis, selalu update, punya barang branded dan kekinian? Saya pun jika dibekali cap itu oleh orang sekitar tentu ada rasa bangga.
Ini pun terjadi di kalangan remaja saat ini. Penciptaan citra diri di lingkungan sosial sangat penting agar menjadi unggul, tidak dikucilkan oleh lingkungan sosial, hingga menargetkan hal khusus.