Tragedi menimpa dunia hospitality di Bali. Terputusnya tali inclinator atau tramp lift di salah satu resort Ubud yang menyebabkan 5 pekerja meninggal menjadi kabar duka bersama. Para korban masih berusia muda dan bahkan menjadi pendukung ekonomi keluarga.
Putusnya tali inclinator ini membuat publik mempertanyakan tingkat keselamatan fasilitas resort. Ini karena resort tersebut setara bintang 4 sehingga harusnya sangat menjaga keamanan dan kenyaman termasuk fasilitas yang diberikan.
Wajar muncul pertanyaan, apakah resort tidak menerapkan K3?
Saya ingat betul saat berkunjung di salah satu pabrik di daerah Cikarang. Perusahaan asal Jepang yang sangat memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Bahkan saya memiliki teman yang bekerja khusus di divisi K3.
Merujuk pada situs pemerintah, K3 sebagai upaya kita menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. Harapannya dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktivitas kerja (Sumber Klik Di sini).
Saat berkunjung ke pabrik otomotif di Cikarang, saya dibuat kagum bagaimana manajemen sangat memperhatikan K3. Pejalan kaki memiliki jalur tersendiri dan setiap pejalan kaki wajib untuk melewati jalur tersebut. Saya pun diberikan helm keselamatan meski datang sebagai tamu.
Di sekitar pabrik begitu rapi dan tertib. Tersedia papan titik kumpul jika terjadi musibah seperti kebakaran atau gempa. Terdapat hidran sebagai sumber air jika terjadi kebakaran. Ada tangga darurat dan sebagainya.
Sayangnya tidak semua perusahaan melihat K3 sebagai hal penting. Ini terlihat di mana banyak manajemen cuek atau menyepelekan keselamatan dan kesehatan pekerja di perusahaan.