Puluhan layang-layang menghiasi langit Bali. Mulai dari ukuran kecil hingga berukuran super besar. Dengan desain layang-layang konvensional hingga memiliki bentuk unik seperti burung, naga, perahu dan sebagainya.
Bagi masyarakat Bali, menerbangkan layang-layang telah menjadi aktivitas yang sudah ada sejak lama bahkan tetap lestari di jaman saat ini. Saya teringat semasa kecil pernah ikut paman saya bermain layang-layang ketika pulang sekolah.
Berpanas-panas ria membawa layang-layang dengan tali senar panjang yang digulung pada botol minuman atau kayu. Mencari lokasi terbaik seperti di pinggir sawah atau lapangan luas. Saat itu saya kerap diminta memegang layang-layang sesuai arah mata angin. Ketika aba-aba harus dilepas maka paman saya akan mencoba menerbangkan layang-layang tersebut.
Kadang baru terbang belum tinggi, angin tidak berhembus keras sehingga layang-layang pun terjatuh kembali ke tanah. Kembali lagi saya membantu memegang layang-layang hingga kemudian berhasil terbang tinggi.
Ada keseruan melihat layangan bisa terbang seakan menyentuh awan. Berliuk-liuk seperti tengah menari di langit. Semakin seru jika ada pertarungan antar pemain untuk menjatuhkan layang-layang milik lawan. Persaingan sengit yang berujung putusnya salah satu layangan.
Melihat layangan putus seakan menciptakan kebahagiaan sendiri seakan bangga jadi pemenang dalam pertarungan tersebut. Tidak jarang saya dan anak-anak lain berlari mengejar layangan putus berharap bisa mendapatkan layangan tersebut.
Keseruan lainnya ketika paman dan teman-temannya membuat layangan sendiri. Memotong bilah bambu, mengukur, mengikat dan memasangkan plastik/kertas. Selain tidak perlu membeli, hasil layangan pun kerap dijual kepada orang lain. Lumayan bisa menambah uang jajan saat itu.
Disaat daerah lain sudah susah melihat anak-anak bermain layang-layang, di Bali justru masih mudah melihat layang-layang yang menghiasi langit. Ada beberapa alasan yang mendukung hal ini.
#Masih Banyak Lokasi Pas Untuk Bermain Layang-Layang
Jika di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bekasi, Semarang sudah didominasi oleh bangunan tinggi dan megah. Sawah atau lapangan kosong sudah susah ditemukan. Selain itu banyaknya tiang listrik hingga perubahan hobi membuat masyarakat di kota besar enggan lagi bermain layang-layang.