Pagi hari sopir dan helper sibuk membersihkan armada. Ada yang bertugas menyemprotkan air dan sisanya mencuci mobil hingga bersih. Staf pun sudah rapih berbusana Bali.
Staf beragama Hindu menggunakan atasan berwarna putih, bawahan kain, menggunakan selendang untuk pengikat pinggang serta udeng/penutup kepala bagi pria. Mereka sudah membagi peran dari kemarin sore.
Ada yang menyiapkan sarana upacara, membakar dupa, menata meja, menghubungi pemangku (pemuka agama) dan menyiapkan konsumsi. Yah, hari ini masyarakat Bali tengah memperingati Tumpek Landep.
Tumpek Landep sendiri diartikan sebagai upacara yadnya atau selamatan terhadap semua jenis alat yang tajam serta memohon kepada Bhatara Siwa dan Sang Hyang Pasupati agar semua alat / senjata tetap bertuah yang perayaannya dilakukan setiap 210 hari yaitu pada sabtu wuku landep (Sumber Klik Disini).
Saya sempat mengobrol kecil dengan staf kantor yang memang asli Bali seperti apa makna dari peringatan ini. Ternyata dulu sesuai maknanya Tumpek Landep menjadi kegiatan untuk membersihkan dan dilakukan upacara khusus pada peralatan tajam seperti pisau, pedang, keris, tombak dan alat lainnya.
Masyarakat Bali dari keturunan Pande atau silsilah leluhur yang merupakan pembuat besi akan selalu memberikan sesajen/banten khusus kepada alat karya mereka. Kini seiring jaman tidak hanya peralatan besi dan tajam saja yang diupacarai namun juga segala alat yang membantu aktivitas manusia.
Contoh tempat kerja saya yang merupakan pabrik industri minuman maka armada seperti mobil, motor dan mesin ikut di doakan secara khusus. Bagi petani bisa juga mendoakan traktor atau cangkul yang dimiliki. Perkantoran bisa juga melakukan doa khusus untuk komputer, printer dan sebagainya.
Secara filosofi, Landep berarti sesuatu yang tajam. Sehingga Tumpek Landep dianggap sebagai momen untuk menajamkan pikiran serta introspeksi diri agar berbuat sesuai ajaran agama.