Seorang anak berusia sekitar 18 tahun mengalami perubahan sikap dan fisik. Dulu dirinya dikenal ceria dan aktif. Tidak hanya itu fisiknya keliatan sehat dan ideal. Namun kini si anak ini terlihat kurus dengan ukuran badannya yang tinggi. Keceriaannya memudar seiring bertambahnya usia.
Saya paham perubahan ini terjadi karena perpisahan orangtua. Lebih tepatnya si ayah yang ketahuan selingkuh ternyata memilih meninggalkan keluarga demi tinggal dengan selingkuhannya.
Wajar si anak perlahan mengalami perubahan karena perpisahan ini ditambah dirinya melihat perjuangan ibunya yang berusaha menghidupi keluarga pasca ditinggalkan oleh sang ayah.
Kondisi ini kerap terjadi di sekitar saya di mana perpisahan orangtua karena perceraian atau permasalahan lain membuat anak ikut menjadi korban. Ada yang bisa menghadapi situasi ini dengan bijak namun tidak sedikit yang mengalami perubahan sikap, perilaku dan mental.
Saya pernah menemukan kasus di mana anak yang dulunya dikenal alim dan penurut tiba-tiba terjerat Narkoba. Ada pula yang menjadi pemarah, prestasi menurun hingga kecewa pada takdir.
Siapapun pasti tidak ingin mengalami kondisi tumbuh kembang tanpa kasih sayang kedua orangtua secara lengkap. Kondisi kesehatan mental anak yang perlu perhatian bersama.
Saya sempat sharing dengan teman-teman dengan latar belakang psikolog maupun yang mengalami permasalahan yang sama. Bagaimana cara terbaik menjaga kesehatan mental anak paska perceraian.
# Jangan Ciptakan Perceraian sebagai Permusuhan
Secara manusiawi jika kita dikecewakan apalagi dengan orang yang kita percaya atau sayang akan menciptakan rasa sakit hati bahkan memutus hubungan baik dengan orang tersebut. Saya kerap menemukan kasus orangtua yang bercerai dengan pasangan justru menciptakan jurang permusuhan di mana anak harus terlibat di dalamnya.