Sebagai bagian dari masyarakat Bali, saya merasakan betul masa di mana ada transisi momen wisatawan membanjiri Bali saat masa liburan kemudian sepi karena pandemi dan kini mulai berangsur baik paska dibukanya penerbangan internasional.
Tahun 2023 ini seakan menjadi waktu pas untuk setiap stakeholders membenahi pariwisata di Bali. Ini dikarenakan ada rasa optimis bahwa paska G20 telah terjadi kenaikan wisatawan nusantara dan mancanegara untuk berwisata di Bali.
Toko di sekitaran Ubud, Kuta, dan Sanur sudah banyak dibuka. Tingkat okupansi yang saat pandemi tidak sampai 10 persen kini sudah bisa di atas 40 persen. Tempat wisata yang dulu sepi kini mulai ramai.
Salah satunya Monkey Forest di Ubud, teringat pada 2021 lalu kawasan ini ditutup untuk umum. Melewati kawasan ini kerap melihat kawanan monyet turun ke jalan atau bahkan ke ruko-ruko yang berdiri di sepanjang kawasan. Ruko yang mayoritas tutup ini menjadi tempat bermain kawanan monyet.
Kini di tahun 2023, ada pembenahan yang telah dilakukan, tengah dilakukan dan harapan untuk dilakukan. Apa saja itu?
Pembenahan yang Telah Dilakukan
Keuntungan Bali sebagai tuan rumah G20 membuat banyak pembenahan dan pembangunan guna mendukung aktivitas G20 maupun persiapan menghadapi kunjungan wisatawan.
Jika Sobat Kompasiana pernah berkunjung ke Nusa Penida melalui Sanur. Dulu wisatawan harus turun ke pantai sekadar naik ke perahu fast boat. Selain itu suasana agak ricuh karena banyak agen tiket ataupun calo yang mencari penumpang.
Kini telah tersedia pelabuhan Sanur dengan standar internasional. Desain pelabuhan indah, penempatan fast boat yang rapih, sistem pemberangkatan terjadwal membuat pengunjung merasa nyaman.