Sepertinya kita masih ingat momen mengerikan sekaligus duka pada 12 Oktober 2002. Bom meledak di sekitar kawasan Legian, Bali. Bom ini tidak hanya memporak-porandakan bangunan di sekitar lokasi namun juga menewaskan ratusan jiwa baik warga lokal maupun mancanegara.
Jika kita lihat daftar korban tewas ternyata WNA dari Australia paling banyak berjumlah 88 orang disusul WNI sebanyak 38 orang, Inggris 23 orang, Amerika Serikat sebanyak 7 orang, Jerman sebanyak 6 orang dan ada juga dari Denmark, Swiss, Perancis, Swedia, Portugis, Jepang, Korea Selatan dan lainnya.
Saya ingat saat itu keluarga pun ikut panik karena paman saya bekerja tidak jauh dari lokasi. Nasib masih mujur karena saat kejadian paman saya tidak dalam tugas jaga.
Sebagai kenangan akan peristiwa ini pemerintah membuat monumen Panca Benua pada 2003. Uniknya monumen ini justru lebih dikenal sebagai Ground Zero Bali.
Pada hari tertentu seperti hari besar atau tanggal 12 Oktober kerap akan mudah ditemukan karangan bunga atau lilin di sekitar monumen. Ini sebagai rasa duka dan doa kepada korban yang tewas pada saat kejadian.
Pernah saya melintas ada keluarga WNA yang berdiri samping monumen membawa karangan bunga dan menangis tersedu-sedu. Bisa jadi anggota keluarga mereka menjadi salah satu korban saat hari naas itu.
Dibangun di lokasi strategis tepatnya di simpang jalan salah satu kawasan Legian yang tidak jauh dari Pantai Kuta membuat jalan ini begitu ramai. Jangan salah teman-teman saya menganggap jalan ini "jalan tengkorak".
Jika saat masa liburan atau akhir tahun. Jalur ini sangat padat dan macet. Kondisi semakin parah ketika banyak pengunjung yang tidak taat aturan dimana parkir kendaraan di sisi jalan. Padahal jalan ini bukan jalan besar sehingga jika ada yang parkir sembarangan bisa macet parah.
Saya selalu menghindari jalan ini saat akhir pekan atau masa liburan. Bayangkan untuk menjangkau 300 meter saja jika kondisi macet bisa menghabiskan waktu 30-60 menit jika menggunakan mobil. Berasa stres karena kendaraan tidak gerak terasa ingin "mati" (ungkapan hiperbola).