Ada sebuah pertanyaan sederhana yang mampu menciptakan diskusi yang menarik. Seorang junior bertanya, mana yang lebih enak dapat gaji pokok besar tapi insentif kecil atau sebaliknya gaji kecil tapi insentif besar.
Secara manusia biasa, kita pasti mengharapkan mendapatkan pemasukan besar dari pekerjaan yang kita geluti. Namun sebagai karyawan kadang pemasukan bulanan terbagi menjadi beberapa bagian.
Secara sederhana saya membaginya dalam 2 klasifikasi gaji pokok (gaji yang nominalnya sudah pasti diterima saat penggajian) dan insentif yang bisa tunjangan, kompensasi, upah lembur, dan sebagainya.
Diskusi kecil tercipta, ada yang berargumen lebih memilih gaji pokok besar namun ada juga yang merasa insentif besar lebih baik.
Secara personal saya mengamati hasil diskusi dengan beberapa teman dengan berbagai argumen, data dan diperkuat contoh kasus. Ada kesimpulan menarik dari hasil diskusi ini.
Menguak Plus Minus Gaji Pokok Tinggi
Gaji pokok lebih mengarah pada pendapatan yang diterima pegawai sebagai upah keeja dalam periode tertentu dan bersifat tetap. Artinya jika bulan lalu si pegawai mendapatkan gaji pokok 4 juta maka selama tidak faktor khusus seperti kebijakan kenaikan upah, ketidakhadiran, sanksi dari manajemen atau faktor lain maka ia akan tetap mendapatkan gaji 4 juta pada bulan ini.
Nilai plus gaji pokok besar adalah memberikan jaminan pada si pegawai tentang pendapatan secara rutin dalam periode yang ditentukan. Misalkan gaji bulanan. Meskipun si pegawai lagi malas bekerja, semangat atau bahkan tidak produktif sekalipun di tempat kerja, ia akan tetap mendapatkan besaran gaji sama.
Kelebihan lainnya si pegawai bisa memproyeksikan finansial ke depan. Misalkan dirinya ingin mengkredit barang maka sudah bisa menentukan porsi pengeluaran dari gajinya tersebut.