Pada sebuah sesi interview, saya sempat bertanya pada seorang kandidat pelamar kerja terkait mengapa resign dari perusahaan sebelumnya.
Jawaban si kandidat membuat saya ikut introspeksi diri. Dirinya mengatakan atasan di perusahaan sebelumnya seakan tidak menghargai kinerja yang dilakukan anak buah termasuk dirinya.
Kerap kali mendapatkan tugas tambahan hingga pulang telat. Jangankan mendapatkan uang lembur atau kenaikan gaji, ucapan terima kasih saja jarang terlontar.
Saya akui dalam dunia kerja terdapat hierarki yang cukup jelas. Ada yang bertindak sebagai atasan yang memiliki wewenang dalam membuat keputusan, mengevaluasi kinerja bawahan, memberikan tunjangan kinerja hingga merekrut atau bahkan memberhentikan bawahan.
Di sisi lain bagi yang berada di posisi bawahan harus siap menerima dan mengikuti instruksi dari atasan.
Tidak hanya itu bawahan juga harus memiliki mental kuat karena ada banyak atasan kerja dengan karakter tempramen, suka memerintah berlebihan, tidak mau disalahkan hingga pelit kepada bawahan.
Saya menyadari bahwa ada orang yang berubah sifat ketika sudah menjadi atasan. Dari semula ramah dan mudah berbaur dengan siapa saja kemudian berubah ingin dihargai, suka menyalahkan orang lain serta merasa dirinya paling benar saat berpendapat.
Sebagai bahan introspeksi diri, setidaknya bagi pembaca yang saat ini diberi kesempatan menjadi atasan atau bahkan pemilik usaha yang mempekerjakan orang lain.
Tidak ada salahnya kita perlu juga menghargai kinerja bawahan. Jika bingung harus bertindak seperti apa, mungkin beberapa hal ini bisa jadi pertimbangan.