Ketika saya membaca tema lomba Komunitas Mettasik yang bekerja sama dengan Maybank Finance terkait "Perubahan itu Pasti, Kebajikan Harga Mati" justru membuat saya sedikit berpikir sederhana, apakah berbuat kebajikan harus selalu dilakukan kepada sesama manusia?
Saya teringat pada beberapa kisah tentang kebajikan yang justru dilakukan manusia kepada makhluk ciptaan Tuhan lainnya khususnya binatang.
Bagi sobat Kompasianer yang beragama muslim pasti familiar dengan kisah seorang wanita penzina yang justru mendapatkan pengampunan dari Allah selaku Sang Pencipta hanya karena tidak tega saat melihat seekor anjing yang hampir mati karena kehausan. Sebuah tindakan sederhana dimana si wanita rela melepaskan sepatu serta mengikatnya dengan penutup kepala miliknya sebagai wadah air minum yang sengaja diberikan untuk si anjing yang tengah kehausan tersebut.
Selain itu saya juga sempat membaca kisah Jataka dalam sebuah blog umat Buddha, diterangkan ada kisah Raja Sibi yang dianggap memiliki sifat dermawan. Akibat sikap dermawan tersebut, dirinya mendapatkan ujian dari Dewa Sakka dan Vishvakarman dimana berdua menjelma sebagai merpati dan elang.
Kita tahu bahwa merpati sering diincar oleh elang untuk menjadi mangsanya. Disaat itulah merpati tersebut datang kepada Raja Sibi untuk berlindung. Jika kita di posisi tersebut, pasti ada rasa bahwa sudah menjadi hukum alam bahwa akan ada Mangsa dan Dimangsa. Artinya ada mahkluk hidup yang harus dimangsa untuk keberlangsungan hidup makhluk lain.
Uniknya Raja Sibi justru menawarkan dagingnya yang sebesar burung merpati sebagai pengganti kepada elang. Sebuah ujian hidup tentang arti pengorbanan karena tidak semua orang rela dan mau melakukan hal sama apalagi berkorban untuk makhluk hidup selain manusia. (Kisah Raja Sibi dalam di klik disini).
Berbuat kebajikan pada sesama manusia sangatlah mudah dilakukan. Ada yang membantu orang lain karena kasihan namun banyak juga yang sekedar ingin menciptakan pencitraan atau ingin mendapatkan sanjungan.
Ini berbeda jika berbuat baik pada binatang. Tidak akan ada ucapan terima kasih yang terlontar langsung ketika kita membantu binatang yang tengah menderita. Namun binatang bisa menunjukan belas kasihnya melalui cara yang berbeda.
Saya memiliki kisah inspiratif dari salah seorang keluarga besar yang memiliki kecintaan dan kepedulian besar terhadap binatang yang menderita. Tante Putu Kurnia, begitulah saya memanggilnya atau ada juga yang memanggil beliau dengan Putu Switi karena anak pertamanya bernama Switi. Tante Putu ini adalah sepupu dari ibu saya dan saya mengenal beliau sejak kecil.