Banyak orang bermimpi ingin menjadi pejabat publik seperti bupati, walikota, gubernur, menteri atau bahkan sekelas presiden. Tujuan pun beragam mulai ingin memiliki kuasa khusus, mengabdi pada negara dan masyarakat, status sosial, atau bahkan motif untuk mendapatkan kepentingan pibadi.
Patut diakui posisi sebagai pejabat publik terkesan menggiurkan namun juga menciptakan resiko tersendiri. Biasanya pejabat yang dianggap kurang berpihak pada masyarakat atau bahkan terbukti KKN akan membuat kepercayaan masyarakat berkurang atau bahkan menghilang.
Tidak hanya itu, ruang privasi sebagai pejabat juga akan menipis karena ada banyak mata yang mengamati setiap gerak-gerik pejabat dan orang disekitarnya.
Hal lain yang justru ditakutkan, keamanan pejabat publik juha perlu ada peningkatan karena sebagai pekabat publik akan rentan memiliki musuh politik dan pribadi.
Kasus penembahan Shinzo Abe, mantan Perdana Menteri Jepang menggemparkan dunia. Abe ditembak oleh seseorang saat dirinya tengah berpidato di depan masyarakat Jepang. Kejadian ini membuat dirinya harus kehilangan nyawa akibat kasus ini.
Menguntip dari salah satu portal berita, ada beberapa pejabat pemerintahan yang bernasib sama dengan Abe. Sebut saja Olof Palme, Perdana Menteri Swedia; Abraham Linclon dan John Fitzgerald Kennedy yang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat hingga Mahatma Gandhi sebagai pemimpin spiritual dan politikus India yang tewas mengenaskan karena tertembak di tempat umum (Sumber Klik Disini).
Wajar saya menilai menjadi pejabat publik ataupun public figure terasa ngeri-ngeri sedap. Ada banyak alasan mengapa menjadi pejabat publik memiliki resiko besar untuk dirinya sendiri.
Apa saja itu?
1. Meningkatnya Jumlah Pihak Kontra Serta Musuh Personal
Patut disadari menjadi pejabat atau pemimpin harus siap memiliki banyak musuh. Musuh yang memang telah ada sebelumnya atau bahkan tercipta ketika menjabat.