Mendaki adalah kegiatan yang menyenangkan bagi saya. Selain menyehatkan karena akan berkeringat, saya juga bisa menenangkan pikiran serta merasakan keindahan alam.
Saat H-1 Waisak 2022 kemarin, tiba-tiba seorang teman mengirimkan pesan ajakan untuk mendaki Gunung Batur yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Gunung ini termasuk gunung berapi dengan keindahan luar biasa.
Menurut saya gunung ini tidak terlalu tinggi sekitar 1,717 meter dan bisa dijangkau dengan sistem pulang pergi dalam hitungan jam. Ajakan dadakan itupun saya iyakan karena memang saya belum pernah mendaki Gunung Batur.
Tidak ada peralatan mendaki khusus yang perlu saya hanya jaket tebal, sepatu khusus dan senter. Jam 12 malam, saya dan 2 teman berangkat dari Denpasar menuju Kintamani.
Perjalanan berkisar 2 jam karena memang saya membawa mobil tidak terlalu buru-buru ditambah medan jalan yang berliku saat mendekati area membuat saya memilih membawa kendaraan perlahan.
Tepat jam 2 pagi kami sampai di Pasar Agung, lokasi start point (titik awal). Selain Pasar Agung ada beberapa start point yang bisa dijadikan alternatif seperti Toya Bungkah, Serongga dan Culali.
Setelah membayar biaya pendaftaran 5ribu/orang dan parkir mobil 5ribu. Kami sempat ditawarkan jasa pemandu gunung oleh warga lokal. Namun karena 2 teman saya pernah mendaki Gunung Batur, alhasil kami percaya diri mendaki tanpa pemandu.
Teman saya bercerita pendakian sebelumnya sempat mengajak seorang WNA. Ternyata ada perbedaan tarif antara pendaki WNI dan WNA. Jika WNI dikenakan tarif 5ribu/orang dan WNA sebesar 500rb/orang sudah termasuk jasa pemandu.
Selisih harga yang membuat saya terpana namun memang cara ini bisa memberikan kontribusi lebih bagi pendapatan daerah, perbaikan infrastruktur hingga pemberdayaan warga lokal sebagai jasa pemandu gunung.