Pernahkah sobat Kompasiana mendengar pepatah lama "Berilah Kail, Jangan Ikannya"?
Pepatah turun temurun yang menitikberatkan bantuan yang ingin diberikan ke orang lain harus bisa membuat orang tersebut mandiri serta tidak ketergantungan. Saya sangat setuju dengan pepatah ini karena nyatanya banyak orang yang terlalu bergantung pada bantuan orang lain ketika tengah susah.
Fenomena Jaman Kini
Tidak perlu jauh-jauh mencari contoh sederhana. Kita akan mudah menemukan pengemis atau peminta-minta di perempatan lampu merah, mesin ATM, tempat keramaian, pasar dan sebagainya.
Secara manusiawi ketika kita merasa iba melihat mereka berjuang untuk mencari rejeki dan bertahan hidup. Saya pun pernah merasakan hal sama dan tidak segan memberikan seribu dua ribu kepada pengemis yang renta atau membawa seorang anak kecil.
Ternyata niat baik seperti ini ternyata keliru besar. Bagi saya, mereka adalah sosok yang butuh uluran orang lain agar bisa bertahan. Nyatanya mereka justru terlena dan berhasil mengelabui kita dengan "kisah keprihatinan mereka".
Saat kuliah, ada tugas tentang meliput fenomena unik di lingkungan sekitar. Saya dan beberapa teman dalam satu team mengangkat fenomena pengemis yang kerap hadir di dekat kampus.
Saat melakukan wawancara dan pendekatan personal, ada hal yang merubah mindset saya terhadap pengemis. Rasa iba orang terhadap pengemis yang berusia tua, cacat fisik atau membawa anak kecil justru sangat besar. Pengemis ini bisa mendapatkan uang hingga ratusan ribu per hari.
Bahkan bisa meningkat tajam menjelang lebaran, hari raya atau awal masa gajian. Jumlah fantastis yang bisa melebihi pekerja buruh lepas.