Ada pertanyaan sederhana, apakah Sobat Kompasiana termasuk orang yang jika berwisata menyusun Itinerary atau tidak?
Itinerary atau disingkat Itin sangat akrab di telinga orang yang suka berwisata. Itinerary merupakan istilah asing yang mengacu pada penyusunan rute perjalanan secara terperinci.
Biasanya dalam Itin terdapat jam, tujuan wisata, kegiatan wisata, akomodasi serta seberapa lama kita di sana.
Mirip saat dulu ikut study tour kelulusan sekolah di mana pihak travel sudah memberikan agenda kegiatan dari awal kumpul hingga pulang.
Saya pernah menerapkan keduanya dan memiliki kisah yang berbeda. Saat tahun 2017, saya sempat mengagendakan wisata ke Singapura dan Malaysia 5 hari 4 malam bersama 3 teman semasa kuliah.
Saat itu teman saya sibuk menyusun Itin dan berdiskusi tentang wisata yang akan dikunjungi, berapa biaya masuk, apa kegiatan di sana, berapa lama, akomodasi seperti apa dengan detail dan rapih.
Saya yang notabane-nya jarang menerapkan Itin hanya bisa jadi pengamat dengan tetap memberi masukan.
Saya akui adanya Itin membuat kami memaksimalkan kegiatan dan mencegah terjadi hal tidak diinginkan seperti kebingungan mencari akomodasi, tersesat atau berada di tempat yang kurang ekspetasi.
Wisata tanpa Itin pun bagi saya memiliki keseruan sendiri. Jujur saya personal menikmati wisata tanpa Itin. Ada banyak keseruan yang didapat. Apa saja itu?