Melihat kisah perselingkuhan sejatinya membuat saya kesal dan ikutan emosi. Apalagi jika perselingkuhan terjadi di area kerja.
Saya sudah beberapa kali menyaksikan sendiri perselingkuhan di tempat kerja saya. Rani dan Dimas (nama asli saya samarkan) adalah dua sejoli yang tengah dimabuk asmara.
Rani adalah wanita di divisi saya yang notabane-nya baru menikah untuk kedua kalinya sedangkan Dimas pun sudah berstatus menikah. Ironisnya saat itu istri Dimas tengah mengandung anak kedua.
Sebenarnya jika mereka berstatus single, saya sangat mendukung. Mereka pasangan ideal, orang yang potensial di tempat kerja dan masih berjiwa anak muda. Namun karena status mereka yang sudah memiliki pasangan masing-masing yang membuat saya kesal.
Kisah perselingkuhan lainnya, seorang leader saya yang sudah menikah dan memiliki seorang anak cowok. Hal yang bikin mengelus dada, leader saya ini cerita jika istrinya tahi jika dirinya playboy dan sering mendekati cewek lain.
Si istri tampaknya mulai menyerah dengan kelakuan suaminya ini. Namun leader saya ini justru kian menjadi-jadi. Ia secara terang-terangan mendekati staf wanita dari divisi lain yang masih berstatus single dan usia terpaut jauh.
Bikin kesal, si staf wanita ini sudah tahu jika leader saya sudah menikah dan punya anak namun tetap memberikan respon. Tidak jarang mereka jalan berdua di saat jam senggang yang membuat orang-orang di kantor tahu hubungan mereka.
Apa respon saya?
Saya akui tidak mau ikut campur lebih dalam. Saya menempatkan diri sebagai orang dewasa yang sudah tahu batasan dan membedakan hal baik serta buruk. Adanya perselingkuhan di tempat kerja yang secara sadar mereka lakukan pasti mereka sudah paham konsekuensi kedepannya.
Alasan berselingkuh dengan teman kantor cukup beragam. Ada yang tertarik secara fisik, ada yang nyambung saat komunikasi, ada yang bisa memberikan perhatian lebih daripada pasangannya, ada yang berawal dari teman curhat, tercipta momen kebersamaan dan sebagainya.