Seorang teman saya bekerja sebagai marketing asuransi sempat menawarkan saya sebagai member.
Sebenarnya begitu banyak pemberitaan negatif yang sering beredar di seputar kita tentang asuransi. Seperti susahnya proses klaim, persyaratan yang ribet, asuransi spesifik tidak bisa mengcover hal lain (misal tergabung asuransi jiwa tidak melingkupi klaim kesehatan) dan sebagainya.
Sebagai orang awam pun saya sempat ragu untuk mendaftar asuransi. Satu per satu sales asuransi menawarkan namun mental karena stigma "sepertinya saya belum butuh asuransi".
Teringat teman yang dulu 1 kantor namun kini beralih sebagai sales asuransi mencoba menyakinkan saya. Saya ingat satu kalimat yang mengubah penilaian saya.
" Hanya orang sakti yang tidak butuh asuransi"
Kalimat ini sebenarnya sederhana namin jika diamati sarat makna mendalam. Saya hanyalah manusia biasa yang rentan terjadi musibah.
Saya membayangkan saat pergi ke kantor. Meski sudah berhati-hati membawa kendaraan bisa saja kelalaian pengendara lain justru membuat saya sebagai korban kecelakaan.
Saat berjalan tiba-tiba menginjak kulit pisang akhirnya jatuh dan membuat cidera di kepala. Memasuki musim penghujan ternyata saya berpotensi terkena demam berdarah atau malaria. Hanyalah sebuah gambaran sederhana bahwa saya pun bisa terkena kejadian eps.
Tidak perlu jauh-jauh, kita masih ingat kejadian musibah yang menimpa pasangan selebritis tanah air. Kecelakaan di jalan tol membuat nyawa pasangan ini tidak terselamatkan.
Bersyukur pasangan ini melek asuransi sehingga sang buah hati hingga ahli waris lainnya mendapatkan tanggungan asuransi yang nominalnya lumayan besar.
"Manusia berharap semua berjalan baik-baik saja namun takdirlah yang menentukan"