Ada momen menggelitik ketika seorang staf di kantor masuk kerja setelah ijin cuti menikah. Rekan-rekan kerja datang menghampiri hanya sekedar mengucapkan selamat atas status baru, memberikan kado hingga melontarkan pertanyaan unik.
"Bagaimana malam pertamanya?"
Pertanyaan yang kerap ditanyakan kepada pengantin baru. Entah kenapa selalu ada orang kepo terhadap suasana malam pertama pengantin baru. Pertanyaan ini kerap ditanyakan kepada orang-orang yang baru menikah.
Ada yang tidak menggubris, ada yang berekspresi malu hingga pernah ada yang antusias menceritakan malam pertama sebagai pengantin.
Muncul pertanyaan dalam diri, etiskah menceritakan hal privasi rumah tangga pada orang lain?
Kadang saya geleng-geleng kepala jika ada orang tanpa segan menceritakan hal privasi pasangan hingga kondisi rumah tangganya. Bahkan hal "tidak dikasih jatah" oleh pasangan pun diceritakan pada orang sekitar.
Padahal tanpa disadari menceritakan hal privasi ini justru banyak menimbulkan masalah. Saya menganalisis beberapa masalah yang bisa kerap terjadi akibat hobi menceritakan hal privasi rumah tangga pada orang lain.
# Aib Keluarga Terumbar Secara Publik
Sebagai manusia tentu kita tidak luput dalam hal dosa atau nyeleneh yang sebisa mungkin kita tutupi karena terkesan aib. Nyatanya aib rumah tangga yang seharusnya menjadi rahasia suami-istri justru menjadi konsumsi publik.
Seorang teman menceritakan bahwa suaminya memiliki gejala impoten. Tentu ini adalah cobaan dalam berumah tangga ketika pasangan tidak bisa memberikan kebahagiaan secara hasrat.
Masalah ini sebenarnya adalah rahasia bagi pasangan suami-istri di mana ada kekurangan yang dimiliki oleh pasangan. Bayangkan perasaan suami seandainya tahu jika istrinya menyebarkan kekurangan fisiknya. Bahkan ketika si suami menjemput istri di kantor, tentu jadi bahan omongan rekan kerja si istri.