Gunung Ijen yang terletak di Jawa Timur memang tengah naik daun di kalangan para pendaki dan wisatawan domestik serta mancanegara. Ini tidak terlepas karena fenomena api biru (blue fire) satu-satunya di Asia selain yang terdapat di Islandia.
Inilah alasan mengapa saya memasukan Gunung Ijen dalam daftar wisata yang wajib dikunjungi. Sejak kuliah sebenarnya sudah berharap bisa berkunjung ke kawasan ini. Namun baru tahun 2019, impian untuk mengunjungi kawasan ini terwujud.
Bersama dengan 3 orang teman dari Bali, kami mencari informasi dengan detail terkait akomodasi, fasilitas, jam pendakian hingga peralatan apa saja yang perlu dibawa. Ini karena Gunung Ijen masih berstatus gunung aktif dengan aroma belerang dari kawah yang menyengat.
Berbekal informasi yang kami terima, kami pun berangkat dari hotel yang terletak di pusat kota Banyuwangi pada tengah malam. Ini karena jadwal pendakian terbaik dari gerbang/loket sekitar pukul 12 malam hingga 2 dini hari.
Ini karena proses pendakian membutuhkan waktu 2-5 jam tergantung stamina pengunjung. Apalagi mayoritas mengejar momen api biru sebelum matahari terbit.
Saya ingat perjalanan dari hotel hingga titik awal pendakian terbilang sepi. Mengendarai 2 motor menerobos kegelapan malam apalagi melewati hutan yang minim penerangan. Tibalah kami di lokasi sekitar jam 00.15 atau masih tengah malam.
Beristirahat sejenak di warung dekat area parkir serta memastikan kembali peralatan pendakian khususnya masker belerang, jaket, headlamp/senter dan sarung tangan karena cuaca dingin, gelap dan aroma belerang akan menyengat ketika berada di area kawah.
Jam 1 pagi, kami pun bersiap memulai pendakian. Setelah membayar tiket masuk, pendakian pun dimulai dengan langsung disambut trek menanjak.
Hal menarik, baru memulai berjalan menanjak beberapa ratus meter. Tiba-tiba kami dihampiri oleh 2 orang yang menawarkan jasa unik.
"Mas, mbak. Yuk naik ojek gerobak aja. Capek loh mendaki," ujar seorang bapak dengan membawa unit kendaraan yang tampak tak biasa.