Mama ini loh masa keluar rumah aja harus ber-make up. Ingat dah punya cucu
Lihat dah si emak. Sekarang hobi banget putar lagu percintaan. Kayaknya lagi puber kedua
Dialog seperti ini sering terlontar dalam keluarga ketika saya dan adik-adik lagi pulang kampung secara bersamaan. Ada perubahan dari sikap mama saya yang semula agak cuek dengan penampilan kini suka sekali berhias diri ketika keluar rumah dan cukup intens memutar lagu lawas tentang percintaan.
Kami mengganggap perubahan sikap mama saya ini sebagai puber kedua. Istilah yang sering muncul ketika melihat perilaku orang dewasa yang sudah memasuki usia 40 keatas bertingkah layaknya anak muda yang penuh kelabilan dan pencarian jati diri.
Istilah puber cukup populer di masyarakat kita dimana puber dianggap sebagai masa transisi dan akan dilalui oleh anak-anak menuju remaja. Namun sebenarnya puber pertama yang dialami oleh usia remaja memiliki perbedaan dengan pubertas yang dialami oleh orang tua yang memasuki usia diatas 40 tahun.
Berdasarkan literatur kesehatan online yang saya baca, pubertas yang dialami oleh remaja lebih dipengaruhi oleh hormon seperti perubahan suara, haid pada perempuan, mengalami mimpi basah pada laki-laki, tumbuh jerawat di wajah dan sebagainya.
Sedangkan puber kedua pada orang tua lebih merujuk pada kondisi psikologis seperti centil, suka berpenampilan menarik, mood sering berubah (labil) dan berperilaku layaknya seorang remaja.
Ilustrasi gambar pada artikel saya ini contohnya. Sepasang kakek dan nenek tampil modis layaknya Anak Baru Gede (ABG). Fenomena seperti ini sangat sering ditemui di sekitar kita. Seorang ayah yang sudah punya 4 anak suka berpakaian rapih dan harum ketika pergi ke mall, ibu yang sudah masuk usia pensiun tapi lebih suka dipanggil Neng, Mbak atau Kak dibandingkan kata ibu.
Bagi si anak yang melihat perubahan sikap orang tua yang menunjukkan perilaku puber kedua pasti muncul respon beragam. Ada yang menerima, ada yang sekedar menggelengkan kepala, ada yang cuek, ada yang mensupport, atau bahkan ilfeel dengan perubahan tersebut.
Muncul pertanyaan sederhana, bagaimana harus bersikap jika orang tua kita menunjukan puber kedua?