Disabilitas adalah bentuk ketidakmampuan atau adanya kekurangan baik fisik atau mental pada diri seseorang yang menyebabkan keterbatasan dalam melakukan sesuatu. Bagi masyarakat umum istilah disabilitas lebih dikenal dengan penyandang cacat.
Disabilitas yang ada di sekitar kita cukup banyak seperti Tuna Rungu yaitu mengacu pada seseorang yang tidak mampu mendengar, Tuna Wicara artinya tidak mampu bicara; Tuna Netra artinya tidak dapat melihat, Tuna Daksa mengacu pada kecacatan fisik misalkan tidak punya tangan, kaki dan kecacatan fisik lainnya; Tuna Grahita mengarah pada seseorang yang memiliki keterbelakangan mental serta masih ada banyak kategori lainnya.
Ironisnya ketersediaan lapangan pekerjaan bagi para disabilitas sangatlah terbatas. Ini terlihat di mana banyak lowongan pekerjaan yang disediakan oleh perusahaan atau instansi lain mencantumkan persyaratan khusus seperti sehat fisik dan mental. Ini membuat para disabilitas secara langsung tersingkir dari kesempatan bersaing dalam proses seleksi.
Keprihatinan lainnya sangat banyak para disabilitas bekerja di luar ranah profesional seperti (maaf) sebagai pengemis, pengamen, tukang parkir, atau sekedar sebagai tukang pijat. Tentu mereka pun ingin bekerja di ranah yang lebih menjanjikan dari sisi gaji, karier dan tunjangan masa depan.
Saya menilai ada 5 keterampilan khusus yang dapat dikuasai oleh para disabilitas agar dapat bersaing dalam dunia kerja dan tentu saja menjadikan dirinya sukses di masa depan. Apa saja keterampilan tersebut.
1. Public Speaking
Kemampuan public speaking yang baik akan mampu memberikan peluang besar untuk mendapatkan pekerjaan tertentu. Ini karena dengan kemampuan public speaking membuat kita lihai dalam berkomunikasi, mampu mempengaruhi orang lain dan apa yang dibicarakan seakan memiliki bobot tersendiri.
Para disabilitas yang memiliki keterampilan public speaking yang baik dapat bekerja sebagai penyiar radio, telemarketing, customer service hingga menjadi motivator.
Sebagai penyiar radio contohnya pendengar hanya fokus mendengarkan suara dari si penyiar tanpa perlu melihat kondisi fisik secara langsung. Saya pun dulu hobi mendengarkan radio dan suka melihat gaya bicara penyiar.
Saya sering membayangkan seperti apa sosok si penyiar hanya melalui suara. Artinya kondisi fisik tidak berada di posisi pertama karena pendengar hanya butuh mendengarkan suara si penyiar dalam memandu acara atau memberitakan sesuatu.