Lihat ke Halaman Asli

H.I.M

TERVERIFIKASI

Loveable

Belajar dari Miliarder Baru Tuban, Kekayaan Bersifat Sementara Jika Tidak Pintar Mengelolanya

Diperbarui: 28 Februari 2021   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jual-Beli Mobil dk Showroom. (Antara/ Aditya Pradana) 

Viralnya kisah warga Tuban yang berbondong-bondong membeli mobil di tengah pandemi memang menghebohkan tanah air. Di tengah pandemi di mana masyarakat berusaha menekan pengeluaran serta berjuang di tengah kesulitan ekonomi selama wabah Covid19 justru dibuat terpukau dengan berita banyaknya warga Tuban yang menghamburkan uang dengan membeli mobil harga ratusan juta rupiah. Padahal mobil masih dianggap sebagai barang tersier atau barang mewah.

Ternyata munculnya upaya konsumtif warga Tuban tidak terlepas dari pembayaran ganti rugi lahan oleh Pertamina terkait lahan yang terkena proyek pembangunan Kilang Minyak Pertamina. 

Tidak tanggung-tanggung dari beberapa referensi yang saya baca, mayoritas warga yang terkena ganti rugi menerima nominal berjumlah fantastis di atas 2 milyar rupiah.

Nominalnya tersebut sangatlah besar dan jujur untuk mengumpulkan uang sejumlah 1 Milyar saya sudah membayangkan harus kerja di level Manager, hidup ngirit agar bisa menabung minimal 5 juta per bulan. Itu pun butuh waktu hampir 17 tahun agar punya uang sebesar 1 milyar. Membutuhkan usaha dan niat yang besar untuk bisa memiliki sejumlah uang tersebut.

Nyatanya warga Tuban termasuk beruntung mendapatkan nilai ganti rugi sejumlah harga fantastis dalam waktu singkat. Saya yakin mayoritas penerima uang ganti rugi pasti baru pertama kali memegang uang dengan jumlah sebesar itu. Andai uang 1 milyar diganti dengan uang koin, pasti jumlahnya cukup untuk membuat kolam renang dari koin 500 rupiah.

Di luar rasa bangga melihat warga Tuban yang menjadi miliarder baru, entah kenapa hati kecil saya tetap ada rasa prihatin apalagi membaca pemberitaan mereka berlomba-lomba membeli mobil yang notabene-nya bukan kebutuhan utama. Bisakah kekayaan yang didapat justru berakhir pilu?

Saya teringat kisah Michael Carroll asal Inggris yang menjadi miliarder di usia muda karena memenangkan Lotre sebesar US$ 15,5 Juta atau setara 223 milyar untuk tahun 2002. Perubahan ekonomi secara drastis dan tiba-tiba membuat Carroll menjadi gelap mata

Dirinya menghamburkan kekayaan yang dimiliki dengan membeli rumah mewah, mobil, helikopter, menyewa perempuan penghibur hingga membeli obat terlarang. 

Bahkan Carroll tega mengusir istri dan anak perempuannya karena merasa dirinya bisa mendapatkan lebih dengan uangnya. Alhasil tidak butuh waktu lama, kekayaannya habis dan kini Carroll berakhir dengan menyedihkan yaitu sebagai tukang sampah. 

Melalui kisah Carroll saya melihat bahwa sifat manusia yang paling sering muncul ketika mendapatkan rezeki berlimpah dalam waktu singkat adalah tamak, serakah dan konsumtif. Ini karena uang yang didapat bersifat instan dan menganggap sebagai rezeki sehingga rezeki haruslah dinikmati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline