Lihat ke Halaman Asli

H.I.M

TERVERIFIKASI

Loveable

Memaknai Filosofi "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" bagi Diri Sendiri

Diperbarui: 3 Oktober 2021   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi kumpulan badut yang akan menghibur. (sumber: pixabay.com/StockSnap)

Bagi penggemar film dari Warkop DKI yang beranggotakan Dono, Kasino dan Indro pasti akan familiar dengan celetukan Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang. Biasanya kalimat ini muncul di cuplikan akhir film dan tentunya sangat berkesan. 

Saya adalah penggemar film komedi bahkan jika harus membuat peringkat genre film yang paling disukai maka genre komedi akan menempati peringkat pertama kemudian horor setelahnya.

Ada beberapa film atau drama televisi komedi yang mampu membuat saya tertawa terpingkal-pingkat. 

Ada film Thailand yang paling saya suka yaitu ATM Error yang menceritakan kisah cinta tersembunyi antara Supervisor wanita dan staff pria di salah satu bank Thailand karena terbentur aturan larangan berpacaran dalam 1 kantor. 

Mereka mendapatkan tugas menyelesaikan masalah sebuah ATM yang mengalami error di salah satu desa. Sangat banyak adegan konyol dan bikin tertawa dalam adegan tersebut. 

Drama Jepang Seigi No Mikata adalah drama keluarga komedi yang membuat saya tertawa lepas di setiap episode. Cerita tentang kakak perempuan yang diberi "anugerah" apa yang dilakukan selalu membawa keberuntungan pada orang di sekitarnya bahkan sifat "kejamnya" pada adik justru menjadi hal lucu. 

Di Indonesia pun ada acara seperti Operasi Van Java (pertama), Extravaganza, Bajaj Bajuri hingga Sitkom OB selalu menjadi tayangan favourite saya. Mungkin banyak yang merindukan acara tersebut karena semuanya sudah berakhir kecuali OVJ dengan formasi yang baru. 

Bagi saya, ungkapan Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang dari Warkop DKI justru memiliki makna dan filosofi yang mendalam. 

Dari beberapa sumber yang saya baca tentang wawancara dengan Indro, personil Warkop DKI di acara Mata Najwa, ungkapan itu muncul karena tahun 1970-an isu sosial politik sangat kuat di tanah air sehingga menghantui para komedian untuk membuat orang lain tertawa. 

Ini membuat sangat susah membuat orang lain tertawa. Tidak heran melalui ungkapan itu diharapkan jiwa humor masyarakat bisa bangkit melalui film komedi yang disajikan oleh Warkop DKI. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline