Banyak orang tua maupun tenaga pengajar yang mengeluhkan penerapan Study from Home (SFH). Disatu sisi memang penerapan SFH akan membantu upaya pemerintah memutus rantai penyebaran Covid19. Ini karena anak-anak usia sekolah sangat mudah dan rentan tertular virus Covid19.
Apabila ada 1 siswa yang terdeteksi positif Covid-19 maka berpeluang akan menularkan ke seluruh siswa yang berinteraksi dengan dirinya di sekolah. Disisi lain permasalahan seperti ketidaksiapan tenaga pengajar, murid hingga orang tua dalam penerapan SFH tiap hari selalu bermunculan.
Permasalahan seperti penerapan pembelajaran via daring online tidak semua pihak mampu menerapkan dengan maksimal. Kita tahu dengan penerapan pembelajaran via daring online maka orang tua perlu menfasilitasi gadget berupa smartphone, laptop atau PC untuk media komunikasi.
Kita semua tahu bahwa harga gadget tersebut tidaklah murah. Bisa diangka jutaan rupiah dimana untuk biaya tersebut justru terasa berat dipenuhi khususnya bagi keluarga dengan ekonomi pas-pasan ditambah masa pandemi ini banyak orang tua yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), usaha bangkrut atau penghasilan menurun.
Masalah lainnya muncul ketika jaringan internet pun turut dipertimbangan. Artinya ketika gadget telah dimiliki namun tidak tersedia jaringan internet tentu SFH tidak berjalan.
Cara sederhana bisa memanfaatkan layanan internet dari provider kartu untuk pengguna smartphone. Ada pula yang menggunakan fasilitas modem hingga wifi.
Harga layanan internet pun beragam tapi di tengah pandemi ini pastinya segala pengeluaran akan dipertimbangkan secara matang. Sebisa mungkin untuk berhemat.
Saya memiliki 4 keponakan usia sekolah. Untuk penerapan SFH, otomatis kakak saya berusaha menyediakan handphone untuk 4 anaknya (keponakan saya). Mungkin banyak yang menganggap tidak perlu menyediakan 1 handphone untuk 1 anak.
Namun kita menyadari bahwa dunia anak seringkali ada sisi kecemburuan dan dominasi. Ketika si kakak sulung yang dibelikan handphone maka adiknya akan merasa iri. Jika diinformasikan bahwa handphone untuk bersama, mereka akan cenderung berantem untuk menggunakannya.
Saya pun memahami kondisi seperti ini karena saya sejak kecil pun sering berebutan hal kecil dengan kakak atau adik. Apalagi kini handphone dilengkapi banyak fitur pendukung seperti kamera, permainan, hingga bisa diinstal aplikasi sosial media tentu mereka ingin aktivitas tidak diganggu oleh saudaranya serta ingin ada privasi.
Saya kadangkala membantu dari sisi penyediaan internet. Saya anggarkan 50 ribu per anak untuk internet dengan pandangan bahwa pada provider kartu saya uang tersebut cukup untuk membeli kuota minimal 5 GB.