Saya teringat saat kuliah tergabung dalam kegiatan Aslab Sosial di Jurusan. Saat itu Aslab diminta untuk mengadakan seminar ilmiah nasional dengan beberapa pembicara dimana salah satu pembicaranya adalah dosen di jurusan.
Topik yang diangkat adalah terkait kondisi politik dan ekonomi Timur Tengah seiring konflik Israel-Palestina. Kami pun membuat poster kegiatan dan memasukan foto beberapa narasumber termasuk dosen saya.
Saat itu kami memasukan title dosen dengan ditambah istilah Pakar Timur Tengah mengingat beliau juga pengajar mata kuliah kawasan Timur Tengah. Namun ternyata beliau menolak penggunaan title Pakar.
Baginya gelar pakar sangat sakral dan hanya orang yang benar-benar Ahli dan atau teruji secara akademis yang boleh menggunakan title tersebut. Akhirnya beliau meminta dirubah menjadi pengamat karena lebih sederhana dan tidak terlalu beban moral dibandingkan istilah Pakar.
Disini saya belajar bahwa Pakar itu bukanlah title sembarangan karena dirinya harus benar-benar menguasai suatu bidang atau topik tertentu. Karena segala hal yang terlontar dari ucapan atau buah pikirannya adalah sesuatu yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Ironis Anji seorang penyanyi dan juga public figure berusaha mengangkat hal sensitif terkait Isu Covid 19 dengan menghadirkan sosok Hadi Pranoto yang dianggap sebagai pakar medis.
Dalam akun YouTube Dunia Manji, Anji berusaha melakukan wawancara dan memperkenalkan Hadi Pranoto dengan sebutan Prof (Gelar Profesor dalam dunia akademis) yang juga bertindak sebagai Kepala Tim Riset Formula Antibodi Covid-19.
Prof Hadi (dalam penyebutan Anji) dianggap berhasil menemukan serum antibodi Covid19 dimana harga temuannya sangat terjangkau hanya belasan ribu rupiah.
Bagi saya orang awam, sungguh berita yang luar biasa dan membawa angin segar ditengah kegalauan masyarakat akan meningkatnya kasus penderita Covid19.
Namun setelah beberapa menit menyaksikan video tersebut, saya yang orang awam mulai menaruh kecurigaan. Ada beberapa hal yang membuat saya meragukan statement bapak Hadi.