Tahun ajaran baru 2020/2021 memang telah dijalankan dalam dunia pendidikan namun bukan berarti semua siswa dapat melaksanakan proses belajar-mengajar dengan tatap muka seperti sediakala. Proses pembelajaran tatap muka hanya diperuntukan bagi sekolah yang berada di zona hijau dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Bagi yang berada pada zona kuning, merah dan bahkan hitam diminta untuk tetap menerapkan study from home ( SFH).
Bagi orang tua yang putra-putrinya masih SFH mulai dihinggapi rasa stres kategori ringan hingga berat. Saya menilai ini wajar karena orang tua seakan tidak siap menyikapi perubahan sistem pengajaran secara tiba-tiba dalam jangka waktu yang tidak pasti. Ini berkaca pada kakak saya yang tinggal di Zona Merah dimana keenam anaknya harus tetap WFH di tahun ajaran baru ini. Berbagai keluh kesah disampaikan ke saya dan pasti mewakili keluh kesah para orang tua lainnya.
Orang Tua Bekerja, Anak Tanpa Pengawasan
Setidaknya ketika masih proses pembelajaran di sekolah. Orang tua akan tenang karena sebagian waktu anak dihabiskan dengan teman sebaya dan pengawasan guru. Namun kini ketika kedua orang tua bekerja, otomatis anak minim pengawasan.
Bersyukur jika ada pembantu yang dipekerjakan atau anggota keluarga lain di rumah yang dapat membantu mengawasi putra-putri mereka. Namun bagi mereka yang hanya keluarga inti (ayah, ibu dan anak) maka meninggalkan anak dari pagi hingga sore terasa mengkhawatirkan.
Tidak sedikit orang tua yang akhirnya menggunakan jasa orang lain untuk membantu mengawasi anak yang saja tentu akan mengeluarkan biaya tambahan. Ada orang tua lainnya yang menitipkan anak kepada kerabat atau orang tua yang tinggal agak berjauhan agar anak tetap ada yang mengawasi.
Mereka rela berangkat kerja lebih pagi untuk mengantarkan anak ke kakek-neneknya atau kerabat keluarga. Setelah itu baru orang tua bisa berangkat kerja. Otomatis orang tua mengeluarkan waktu dan biaya ekstra karena harus mengantarkan anak ke sanak saudaranya yang bisa membantu mengawasi.
Stres Karena Kelakuan Anak
Anak memiliki dunianya sendiri, suka bermain serta susah untuk diarahkan. Kelakuan anak yang memiliki karakter aktif dan tidak bisa diam akan menimbulkan rasa stres pada diri orang tua yang juga beraktivitas di rumah.
Bayangkan jika ibu baru selesai menyapu dan mengepel rumah tiba-tiba anak datang dari bermain dengan kaki kotor; anak memberantakan mainan di ruang keluarga, anak menumpahkan makanan dan minuman ke lantai, atau sekedar anak berlarian di dalam rumah.
Rasa ingin sekedar istirahat pasti langsung berubah dengan rasa kesal dan emosi. Butuh waktu lebih untuk membersihkan ulang rumah karena kelakuan si anak.