Lihat ke Halaman Asli

H.I.M

TERVERIFIKASI

Loveable

Jeritan Hati Penjual Gorengan Melayani Konsumen

Diperbarui: 24 Juli 2020   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjual Gorengan yang sedang Menjajakan Jualan. Sumber Tribunnews.com

Saya adalah salah satu dari sekian banyak masyarakat Indonesia yang menyukai gorengan seperti pisang goreng, tahu isi, bakwan,dan cireng. Sebenarnya masih ada jenis gorengan lain seperti molen, tempe goreng, singkong goreng atau tahu pong. 

Kesukaan saya pada gorengan karena rasanya yang renyah apalagi jika ditemani secangkir kopi dan teh manis di pagi hari atau sore hari. Nikmatnya tidak bisa diungkapkan. Harganya pun masih terjangkau. Di tempat saya harga tahu isi masih Rp. 500 per gorengan. Di tempat lain mungkin ada yang Rp. 2.000 dapat 3 gorengan.

Beberapa kali teman-teman kantor iuran untuk membeli aneka gorengan yang akan dimakan bersama saat jam istirahat. Dikonsumsi sangat hangat dan beramai-ramai tentu memberikan sensasi berbeda. Makan sambil mengobrol kemudian tangan mengambil lagi bahkan ketika hendak habis langsung berebutan mengambil gorengan yang disuka seakan mampu mencairkan suasana dan meningkatkan keakraban.

Ironisnya masa pandemi ini, intensitas saya membeli gorengan agak berkurang. Ada beberapa pertimbangan saya mengapa tidak terlalu sering lagi membeli gorengan.

#1 Terlalu banyak tangan pembeli menyentuh gorengan. 

Sebenarnya penjual sudah menyediakan penjepit makanan untuk menghindari kontak tangan ke makanan. Namun masih ada saja yang mengganggap pembeli adalah raja. Mereka lebih senang memilih gorengan dengan tangan mereka sendiri. Ini karena mereka bisa merasakan apakah gorengan masih dalam kondisi hangat hingga menilai tekstur gorengan empuk atau tidak. Ketika sudah menyentuh gorengan dan dirasa kurang cocok maka gorengan akan diletakkan kembali dan memilih gorengan lainnya.

Padahal kita tahu tangan bisa menjadi berkumpulnya bakteri dan virus. Apalagi dimasa pandemi ini, masyarakat seakan menghindari kontak langsung dengan tangan orang lain. Ini karena virus atau bakteri dengan mudah berpindah.

Sedikit jengkel memang jika melihat pembeli memilih gorengan dengan tangan namun gorengan yang tidak dipilih diletakkan lagi ke tempatnya semula. Bayangkan ketika kita memilih gorengan ternyata gorengan yang kita makan sudah dipegang lebih dari 10 orang. Peluang kita terkena penyakit akan lebih besar.

#2 Himbauan protokol kesehatan susah diterapkan. 

Saya masih sering menemukan penjual gorengan khususnya di tepi jalan yang mengabaikan protokol kesehatan. Seperti penggunaan masker selama berjualan, menyediakan tempat pencuci tangan dan handsanitizer, menjaga jarak antar pembeli dan mengurangi penggunaan uang kertas/koin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline