Banyak masyarakat awam yang masih belum familiar dengan adanya jurusan/Prodi Ilmu Hubungan Internasional (HI) yang kini banyak dibuka oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Swasta (PTS) baik di Indonesia maupun Luar Negeri. Umumnya orang mengganggap bahwa mahasiswa lulusan HI memiliki prospek kerja sebagai Duta Besar atau di Kementerian Luar Negeri yang mengurusi kerjasama dengan negara lain.
Anggapan lainnya mahasiswa HI pasti pintar bahasa asing terutama inggris dan pintar berdiplomasi. Tidak salah karena memang mahasiswa HI terbiasa menggunakan bahan bacaan berbahasa inggris atau bahasa asing dan juga diajarkan tentang materi terkait diplomasi dan negosiasi.
Ibu Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri wanita pertama di Indonesia juga merupakan lulusan Hubungan Internasional UGM. Prestasi yang membanggakan dari soso Ibu Retno seperti keberhasilan melakukan diplomasi hingga Indonesia terpilih sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020 yang membuat dunia semakin mengenal potensi Indonesia, serta kemampuan diplomasi beliau yang handal dalam memulangkan lebih dari 1000 TKI dari Yaman yang saat itu dalam kondisi konflik.
Seiring waktu generasi milenial mulai melirik jurusan ini sebagai pilihan saat berkuliah nanti. Tidak heran peminatnya kian bertambah tiap tahun dan jurusan HI banyak ditawarkan di PTN/PTS di Indonesia.
Saya sebagai salah satu lulusan HI salah satu kampus di Jawa Timur melihat bahwa prospek ke depan untuk jurusan HI sangat besar dan bahkan dapat menjadi jurusan primadona di Ilmu Sosial layaknya jurusan pendidikan kedokteran pada keilmuan eksakta.
Apa yang mendasari hal tersebut?
Kaum milenial saat ini memiliki pola berpikir yang terbuka dimana ada budaya dan tradisi dari negara lain yang menarik untuk dipelajari. Disisi lain kesenangan masyarakat milenial untuk traveling ke luar negeri untuk menjelajahi keunikan wisata, budaya dan tradisi dari negara asing. Kondisi ini yang semakin membuat kaum milenial melihat bahwa jurusan HI sangat cocok untuk memperdalam terhadap ketertarikan mereka terhadap negara lain.
Selama saya menjalani kuliah di jurusan HI. Terdapat mata kuliah yang menjadi daya tarik saya yang suka akan budaya dan tradisi dari negara lain yaitu mata kuliah studi kawasan. Pada mata kuliah ini kita akan diminta untuk mempresentasikan diri sebagai warga negara yang terdapat pada kawasan mata kuliah tersebut. Misal saat saya mengambil studi kawasan Asean, saya terpilih bergabung dalam team representasi dari negara Laos, studi kawasan Eropa saya dalam team negara Swiss, MBP Asia Timur menjadi perwakilan negara Jepang dan masih banyak studi kawasan lainnya seperti amerika, asia selatan, negara Oceania dll.
Disini kita dituntut untuk belajar dan mencari tahu tentang kondisi geografis, demografis, tradisi, budaya, tempat wisata ataupun kondisi politik di negara tersebut seolah-olah kita lahir dan dibesarkan di negara tersebut. Hal menarik adalah tentu secara bergantian kita akan mempresentasikan negara yang kita wakili kepada mahasiswa lainnya.
Secara tidak langsung, saya banyak tahu bahwa negara A, B, C, D, dan lainnya ternyata mempunyai karakteristik yang berbeda dan menarik. Saya akhirnya tahu bahwa dulu Korea Utara dan Korea Selatan itu sempat tergabung dalam 1 negara. Ada pulau natal (Christmas Island) di Australia yang kini banyak ditempati oleh para imigran yang ingin ke Australia, Swiss itu memiliki lebih dari 2 bahasa negara yang diakui.