Keterpurukan justru mengajarkan arti nilai kemandirian. Putu Ayu Anggreini, seorang janda akibat perceraian di tahun 1997 harus memikirkan bagaimana cara bertahan hidup bersama dengan keempat anaknya ditengah gelombang Krisis Moneter (Krismon) saat itu.
Berbekal keterampilan menjahit, Ibu Putu merintis usaha pembuatan pakaian dengan nuasa payetan yang dinamai Indri Payet Bali yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Utara Gang Guaksa I No. 11A Denpasar, Bali. Nama usaha ini ternyata diambil dari anak bungsu Ibu Putu yang bernama Indri karena tetangga sekitar lebih sering memanggil Ibu Putu dengan sebutan Ibu Indri sehingga dianggap pas untuk nama usahanya.
Apa yang membuat Indri Payet Bali menjadi UMKM Spesial
Ibu Putu mampu melihat adanya ketertarikan masyarakat yang tinggi terhadap fesyen yang didesain dengan motif menarik dan terkesan mewah untuk pakaian sehari-hari, upacara keagamaan, pernikahaan hingga acara bernuansa resmi.
Berbekal potensi inilah, Ibu Putu berani memberikan sentuhan inovasi berupa payetan berupa pernak-pernik aksesoris kecil untuk memberikan kesan mewah, elegan dan bernilai seni pada pakaian yang dihasilkannya.
Hal ini ditunjang pula dengan Bali sebagai daerah yang kental akan tradisi dan budaya Hindu serta ditopang oleh sektor pariwisata yang menjadika busana payetan diminati tidak hanya masyarakat lokal namun juga wisatawan.
Indri Payet Bali saat ini banyak menciptakan pakaian kebaya dengan dihiasi pernak-pernik indah mengingat kebaya digunakan oleh wanita di Bali saat melakukan upacara keagamaan, pernikahan, hingga menghadiri kegiataan resmi.
Tidak hanya menciptakan kebaya untuk kaum wanita saja, Ibu Putu sering diminta untuk membuatkan pakaian kemeja pria dengan desain payet untuk kepentingan pernikahan, fashion show ataupun kegiatan formal lainnya.
Motif ukiran bali,tulisan hingga flora dan fauna menjadi motif yang sering digunakan oleh Ibu Putu untuk mengkreasikan pakaian dengan pernak-pernik yang ada. Untuk menciptakan nuansa indah dan elegan, pernak-pernik payet yang digunakan berupa pasiran, batangan hingga kepingan berwarna cerah sehingga terlihat eye catching dan tentu saja pemakai pakaian payet tersebut akan menjadi pusat perhatian.
Busana pria yang dikreasikan melalui payetan cenderung lebih simple dibandingkan kebaya wanita mengingat umumnya pria hanya ingin memberikan sentuhan payet di bagian depan serta kerah.
Bagi kaum pria, sentuhan payetan hanya untuk memberikan kesan indah dan bernilai seni namun tidak terkesan berlebihan. Ukiran bali menjadi motif yang umumnya dipilih sebagai kreasi pakaian karena mempertahankan budaya lokal dan tetap menampilkan sisi sakral. Hal menarik wisatawan asing justru sangat menyukai menggunakan pakaian tradisional dengan desain payetan saat berkunjung ke Bali.