Lihat ke Halaman Asli

Papan Keputusan

Diperbarui: 18 Juni 2016   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pendek

Oleh Muhammad Indra

Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Ujan Mas

Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

Ardi tak tahu mengapa berubah sedrastis ini. Biasanya tidak pernah peduli dengan urusan orang lain. Malas-malasan bekerja. Masuk jarang. Disiplin kerja sering dilanggar. Seketika luput saat melihat nama itu muncul di papan keputusan.

Matahari agak melintasi titik puncaknya. Sebelum sampai rumah, ia sempatkan mampir ke rumah salah satu siswa yang namanya tertulis di papan tulis yang dilihat dan diperjuangkannya tadi. Nama itu seolah memecutnya yang tidak peduli akan kelakuan si siswa yang telah membuat beberapa guru untuk mengambil keputusan untuk tidak meneruskan kelasnya. Tidak naik kelas.

Motor masuk pekarangan rumah. Klakson berbunyi. “Assalamu’alaikum? Yuk!” salam Ardi ke penghuni rumah tepat di mana ia memarkir motor. Seorang wanita paruh baya berjilbab hitam, berbaju merah bercorak gambar bintik-bintik hitam, dan bercelana hitam keluar dari ruangan.

“Di,” sapanya. Ardi menyambut salam tangannya. “Ada apa? Oya, silahkan duduk.”

Ardi melepaskan tas ransel berisi dokumen dan laptop dari bahu. Jaketpun juga diepaskan. Ia harus mencari sela dan cara terbaik untuk menerangkan kepada wanita ini. Agar ia berlapang dada mendapat berita dari Ardi tentang anaknya.

“Ari ada Yuk?” Tanya Ardi mencoba memulai percakapan. Di depan pandangannya seorang gadis belia tersenyum-senyum sipu setelah memarkir motor di halaman rumahnya. Pandangan yang nyaris membuyarkan kosentrasi untuk mencoba menjelaskan kejadian yang menurut Ardi pahit bagi si wanita paruh baya dan anaknya.

“Lagi memancing,” jawabnya, “Memang ada apa?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline