Lihat ke Halaman Asli

Indra J Piliang

TERVERIFIKASI

Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Prabowo, Berdebatlah seperti Hadapi Gie!

Diperbarui: 15 Desember 2023   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya, Prabowo adalah seorang pemuda (atau kanak-kanak) yang kehilangan horison romantiknya. Ia cepat menangkap persoalan-persoalan dengan cerdas, tapi naif. Mungkin, kalau ia berdiam 2-3 tahun dalam dunia nyata, ia akan berubah’ (Soe Hok Gie, Catatan Harian Seorang Demonstran, 25 Mei 1969).

Prabowo Subianto yang 'dinilai' Gie itu berusia 18 tahun. Masa akhir remaja. Masa awal pemuda. Prabowo juga baru pulang pada usia 16 tahun, dari Swiss, salah satu negara tempat keluarganya berpindah-pindah setelah Soemitro Djojohadikusumo terlibat dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). 

Tidak sembarangan, Soemitro termasuk sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran dengan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Muhammad Sjafii, pendiri INS Kayutanam yang terkenal dengan model boarding school dengan lulusan hebat dengan kurikulum antikolonial yang tangguh, didapuk menjadi Menteri Pendidikan,Pengajaran, Kebudayaan (PPK) dan Kesehatan.

Gie sudah berusia 27 tahun. Sekalipun senior, aktivis, dan sekaligus pengajar, Gie tidak keberatan dengan kehadiran Prabowo yang muncul jadi sosok leader Peace Corps (dalam bahasa penulis biografi Gie, John Maxwell) yang mengajak sejumlah sarjana untuk menjadi sukarelawan pembangunan. Nama program itupun terdengar mirip, yakni Pioneers Corps.

Program Peace Corps ini diminati di Amerika Serikat. Bill Clinton, misalnya, pernah berjumpa Presiden John F Kennedy tahun 1963 dalam program Peace Corps ini. Program ini juga dipakai sebelum Penentuan Pendapat Rakyat di Irian Jaya. 

Pikiran teknokratis ini memang menjadi ciri dari Partai Sosialis Indonesia, selain tentu berseteru dengan kelompok nasionalis dan komunis dalam apa yang disebut sebagai Orde Lama. Peace Corps lahir dalam transisi menuju Orde Baru.

Gie tak lama menjadi bagian dari Pioneer Corps itu. Ia keluar, akibat tak menemukan konsepsi yang jelas dari organisasi yang dia anggap seperti papan catur itu. Walau bersahabat dengan Soedjatmoko yang menjadi Duta Besar di Amerika Serikat, Gie seperti tak banyak belajar organisasi sejenis di Amerika Serikat. 

Gie memang 'manusia di persimpangan jalan', baik persimpangan sejarah, perimpangan ideologi, hingga persimpangan rezim. Gie terlalu Indonesianis. Ia bersekutu dengan hutan, angin, dan langit, ketika mendaki gunung demi gunung. Prabowo, juga tak ingin menjelaskan lebih jauh.

Di Gunung Semeru, Gie meninggal dunia tanggal 16 Desember 1969. Walau tulisan-tulisan Gie menyerang 'kelompok dansa-dansi' yang suka ke 'salon' yang sempat ia ikuti mulai hingga pertengahan tahun 1969, 

Gie tetap bersahabat dengan Prabowo. Kelompok Teknokratik itu tentu berinduk kepada Soemitro, ayah Prabowo. Belakangan, buku kecil Soemitro yang saya punya, menjelaskan dengan baik pikiran-pikirannya terkait ekonomi pembangunan dan pembangunan ekonomi, beserta kritikan terhadap penggunaan anggaran pembangunan yang bocor hingga 30%.

Dan, sepatu yang dipakai Gie ketika mendaki Semeru dan meninggal, dipinjam dari Prabowo. Gie tak melihat lagi perkembangan Prabowo yang juga meninggalkan Pioneer Corps

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline