Dalam sistem demokrasi, pemilihan presiden merupakan momen penting di mana rakyat memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin mereka. Namun, ketika presiden berkuasa terlibat secara aktif dalam pemilihan, baik melalui dukungan terbuka terhadap calon tertentu atau melalui penggunaan kekuasaan negara, memicu munculnya isu yang kontroversial.
Di satu sisi, cawe-cawe tersebut dapat memberikan keuntungan politik bagi presiden yang berkuasa, tetapi di sisi lain, hal ini dapat mengancam integritas pemilihan presiden itu sendiri.
Cawe-cawe presiden berkuasa mungkin terlihat sebagai strategi yang efektif untuk memastikan kemenangan calon yang diinginkan oleh presiden tersebut. Dalam situasi seperti ini, presiden berkuasa dapat memberikan keuntungan politik yang signifikan dan memperkuat dominasi kekuasaan mereka.
Di sisi lain, cawe-cawe presiden berkuasa dalam pemilihan presiden menghadirkan ancaman terhadap integritas pemilihan itu sendiri. Pemilihan presiden yang adil dan bebas dari intervensi adalah prinsip yang mendasar dalam sistem demokrasi.
Campur tangan yang terlalu jauh dari presiden berkuasa dapat menghancurkan prinsip dasar ini dan merusak kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.
Hal ini dapat menghasilkan ketidaklegitiman pemimpin yang terpilih dan mengorbankan prinsip-prinsip demokrasi yang esensial. Cawe-cawe yang tidak terkendali dan melampaui batas dapat memiliki dampak yang merusak terhadap integritas pemilihan dan prinsip-prinsip demokrasi.
Beberapa hal negatif yang dapat muncul, antara lain:
Pertama: Ketidakadilan dan ketimpangan, cawe-cawe presiden berkuasa dapat menghasilkan ketidakadilan dalam pemilihan presiden.
Hal ini dapat terjadi melalui manipulasi sistem pemilihan, penindasan terhadap oposisi politik, atau penyalahgunaan kekuasaan untuk mempengaruhi hasil pemilihan.
Dampaknya adalah terdistorsinya kehendak dan pilihan pemilih, serta mengurangi kesempatan bagi calon yang berkompetisi secara adil.