Lihat ke Halaman Asli

Indra Irwansyah

Trainer dan Blogger

Tholabul 'Ilmi

Diperbarui: 10 September 2021   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo By Ninocare Via Pixabay

Rasulullah Bersabda:
Tholabul ‘ilmi faridhotun ‘alaa kulli muslimin wal muslimat minal mahdi ilal lahdi
Artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah sejak dari ayunan hingga liang lahat. (H.R. Ibnu Majah No. 224 dari Anas bin Malik R.A. di shahikan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibni Majah: 183 dan Shahihut Targhib: 72)

Tholabul ‘Ilmi dalam bahasa arab yang artinya menuntut ilmu, karena ketakwaan para pencari ilmu mengharap ridho dan cintanya kepada Allah SWT. Imam bukhari berkata “Al’Ilmu Qoblal Qouli Wal’amali” yang artinya berilmu sebelum berkata dan berbuat. Al’ Ilmu sangatlah berperan bagi kehidupan semua makhluk hidup di dunia ini. 

Ilmu artinya dalam kamus besar bahasa indonesia (KKBI) adalah pengetahuan. Di Indonesia disebut ilmu pengetahuan, lalu dilengkapi sebutannya menjadi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Padahal sesungguhnya kata “Pengetahuan” itu sendiri adalah pengertian (definisi) secara etimologis (kebahasaan) dari kata “Ilmu”. Jadi “Ilmu” dalam bahasa Arab, bahasa Indonesianya adalah pengetahuan. Lalu akhirnya menjadi ilmu pengetahuan, yang maknanya bukan Ilmu Dien (agama). Maka kalau ada orang mengatakan Ilmu pengetahuan, maknanya bukan Ilmu Dien.

1. Keutamaan Berilmu

Tuntutlah ilmu disaat kamu miskin. ia akan menjadi hartamu, disaat kamu kaya. ia akan menjadi perhisaanmu.”- Luqkman Al-Hakim

Ada juga yang mengartikan, terutama dari kalangan para Ulama Ushul Fiqih, bahwa yang dimaksud dengan “Ilmu” adalah pengetahuan tentang sesuatu diatas fakta dan data, secara pasti dan menurut sejak manusia lahir kedunia ini tidaklah mungkin semuanya tanpa ilmu dari manusia dilahirkan sampai ke ujung liang lahat pun semua ada ilmunya. 

Dunia ini pun tidak mungkin tercipta begitu saja dan semua itu ada ilmu dan prosesnya dan semua itu kembali dari sang pencipta Allah SWT sebagai sumber ilmu yang menurunkan kepada nabi dan rasulnya dengan kitab-kitabnya termasuk Al-Quran. Dalam sejarah peradaban sesungguhnya umat islam pernah mengalami kejayaan pada masa khilafah dinasti umayah (661–750 M) dan abbasiyah (750–1517 M). Menurut Toby E. Huff dalam Bukunya The Rise Of Early Modern Science dari abad ke delapan hingga akhir abad keempat belas, ilmu pengetahuan Arab adalah sains yang paling maju di dunia yang jauh melampai barat dan cina. 

Dalam masa itu telah lahir berbagai ilmuwan islam dengan latar belakang ilmu yang berbeda. Misalnya, Muhammad bin Zakariya Al-Razi (kimia, kedokteran dan sains), Ibnu Sina (pengobatan moderen), Ibnu Tufail (filsuf dan kedokteran), Ibnu Rusyd (filsafat, dokter dan astronomi), Ibnu Khaldun Al-Kindi (sosiologi), Al- Ghazali (filsafat), Al Farabi (sosiologi dan filsafat) dan lain sebagainya mereka ini merupakan ilmuwan dalam berbagai bidang fisika, matematika, social, ekonomi, filsafat, kedokteran, teknik dan lain sebagainya sebagai ilmuwan islam yang dunia barat pun mengakuinya. Dalam Syariat Islam menuntut ilmu adalah kewajiban penting bagi seorang muslim daripada harta, bagaimana mau bahagia dunia dan akhirat kalau malas juga dalam mencari ilmunya.

Barangsiapa menginginkan kebahgiaan dunia, wajib baginya mempunyai ilmu. Barangsiapa menginginkan kebahagiaan akhirat, wajib baginya mempunyai ilmu. Barangsiapa menginginkan kebahagiaan keduanya, wajib baginya mempunyai ilmu.” (HR. Tabrani)

Bahkan ada ungkapan yang berasal dari ahli hadist terkemuka Imam Syafi’i beliau berkata: “Jika kau menginginkan kebahagiaan dunia, maka carilah ilmu. Jika kau mencari kebahagian akhirat, maka carilah juga dengan ilmu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline