Selepas bapak meninggalkan kami duka masih menyelimuti keluarga. Keluarga berkumpul dirumah hanya sekedar menemani agar suasana rumah tidak sepi. Tamu yang tiap hari datang silih berganti membuat kami terkagum betapa banyaknya orang yang ikut berduka dengan kematian bapak semoga setiap perkataan baik tentang bapak menjadi ladang pahala untuk bapak.
Satu waktu ketika kami sedang beres-beres rumah, Gina adikku yang perempuan ketika memindahkan foto bapak tak sengaja melihat tulisan yang bapak tulis di belakang fotonya, ternyata itu wasiat untuk kami yang bapak sembunyikan dibelakang foto nya. Pantas saja empat bulan sebelum bapak meninggal bapak meminta saya untuk mencetak fotonya dan menolak setiap saya mau memindahkan posisi fotonya.
Goresan tinta tak beraturan disecarik kertas kusam menandakan bapak sedang tidak baik-baik saja. Berderai air mata melihat tulisan itu, tulisan terakhir dengan makna yang mendalam, wasiat pusaka untuk keluarga.
“WASIAT KEUR BUDAK BAPAK”
"Nu Saroleh Blageur jeung Pinter"
‘Kudu taat ka Alloh jeung Rosulna’
‘Ulah ninggalkeun Sholat’
‘Sing akur jeung dulur kudu silih tulungan mun dulur meunang kasusah’
‘Jujur dina sagala tindakan’
‘Doakeun Indung jeung Bapak mun bisa dina waktu sholat’
‘Kudu akur jeung tatangga silih bantu dina kasusah biasakeun mere Infaq/Sodakoh’