Lihat ke Halaman Asli

Aku Lelaki, Aku Pakai Caring Colours Fair White

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur tulisan ini butuh pertimbangan beberapa kali untuk di-posting di sini. Bukan hanya itu,  memutuskan untuk menggunakan Caring Colours Fair White pun saya berpikir panjang. Pikir saja, produk kecantikan dipakai oleh pria apa kata wanita? Apa boleh buat, mau pakai produk 'kegantengan' rupanya tidak diproduksi pakai saja yang ada dan berhadiah.

Swear ! kalau ketahuan dengan nenek saya di rumah, mungkin ini terakhir kalinya saya menulis. Beliau tidak akan pernah mengijinkan saya memakai alat kosmetik macam apapun itu. Ajaibnya semua saran, "jangan mencuci muka dengan produk kosmetik !", "jangan memakai deodoran, ntar keteknya hitam !" semua itu terbukti. Sampai sekarang muka saya masih relatif bersih dari jerawat dan ketek saya putih bersih, indikatornya pacar saya. Dia tidak pernah mengeluh dengan bau badan saya (cihuuyyy). Nenek ku, Thank you so much.

Perkembangan teknologi yang pesat tidak membuat polusi udara berkurang. Apalagi tinggal di daerah perkotaan seperti di Yogyakarta, arus kendaraan bermotor utamanya roda dua begitu membludak. Utamanya pagi dan sore hari, karena pada waktu itu memang tradisi busy time on the road bagi orang Indonesia. Akibatnya kecantikan dan kegantengan salah satu yang terancam.

Siapa rela kecantikan atau kegantengannya sirna? Saya sendiri awalnya tidak terlalu mementingkan bagaimana ganteng nya wajah saya, karena nenek pun sudah mengatakan saya sudah cukup ganteng (cukup?). Namun, saat ini saya tidak lagi bisa menjadikan itu semua sebagai dasar atas kepasrahan diri terhadap kebersihan wajah. Siapa wanita yang tak ingin mendapatkan pria yang cakep dan bersih wajahnya? Pasti semua berkeinginan seperti itu, di luar dari garis jodohnya. Sehingga logis jika saya harus memperhatikan kebersihan wajah.

Saat ini saya berstatus sebagai mahasiswa semester atas. Setiap hari berangkat ke kampus menggunakan sepeda onthel (niatnya agar hemat, efeknya cinta lingkungan). Berangkat ke kampus pagi-pagi sudah disapa dengan asap motor rekan-rekan mahasiswa lain. Siang hari pulang ke kos untuk makan siang (catering) ditemani terik panas matahari. Sore hari kembali menggenjot sepeda go to campus, kuliah sore kembali bertemu dengan hiruk pikuk kendaraan yang lebih parah dari pagi harinya. Belum lagi jika ada keperluan di luar kampus, maka harus siap-siap dengan topeng (masker) yang menutupi mulut hingga hidung. Begitulah kira-kira rutinitas mahasiswa setiap harinya, termasuk saya.

Akibat rutinitas harian semacam itu, terkadang membuat wajah saya berjerawat. Memang tidak serta merta, efeknya baru terlihat setelah 1-2 hari. Biasanya saya merasakan muka terasa tebal, kusam dan kotor. Hal itu diperparah dengan kebiasaan saya yang mencuci muka hanya dengan air biasa. Karena tidak mungkin saya mencuci muka dengan sabun badan/body soap.

Pernah sekali waktu saya iseng mencoba menggunakan satu produk 'kegantengan' pencuci muka untuk pria (#### Men's) , tapi ternyata efeknya muka saya justru berjerawat. Mungkin karena tidak cocok dengan kulit wajah, ini judge awal sebagai orang awam. Akhirnya saya buang dan tidak memakai produk apapun itu hingga kini.

Maka dari sinilah cerita dimulai. Pada awal blog competition ini dimulai, saya tidak pernah merasa tertarik. Satu hal, karena produk kecantikan maka tak pantaslah bagi pria. Sampai akhirnya tersisa beberapa hari, kalau tidak salah 2hari lagi kompetisi berakhir. Tiba-tiba saya berpikir, "Mengapa tidak saya coba, lalu tuliskan ceritanya ?". Lumayan kan kalau menang.

Obervasi untuk melihat produknya seperti apa. Setelah membaca keterangan dan mempertimbangkan jumlah LIKE-nya lalu saya coba searching lebih detail. Hal pertama yang ingin saya ketahui adalah harga. Kebetulan ada http://online.marthatilaarshop.com/. "Woooowww....!!!" otomatis nyaliku menciut. Harga segitu tentu lebih berharga bagi seorang mahasiswa sepertiku untuk menutupi kebutuhan makan selama beberapa hari. Lagi pula, ini kan hanya sekedar coba-coba.

Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, tapi kalau jatuhnya rendah mengapa tak melompat lagi.  Kalau niat terbentur masalah harga, mengapa tidak mencari jalan lainlagi.

Memanfaatkan social media Facebook, saya menemukan jawabannya. Maka ku-posting satu pengumuman yang agaknya menggoyahkan keyakinan rekan-rekanku bahwa saya lelaki tulen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline