Lihat ke Halaman Asli

Anak Menyumbang, Papanya Bakar Uang

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Hahahaha" saya tertawa ketika melihat dua orang anak kecil seuumuran balita sedang asyik bermain di sebuah tempat makan. Kebetulan saya sedang duduk tak jauh di sampinya. Mereka tampak sedang berkumpul sekeluarga. Bising memang melihat kedua anak kecil itu bermain dan berteriak tak henti-henti. Tapi juga namanya anak kecil apa mau diakata?

Ketika sedang asyik bermain tiba-tiba anak itu merengek meminta duit. "uang pa...uang pa...!" nampak ramai mereka mengucapkannya kepada ayahnya. Saya sempat berpikiran bahwa mungkin keduanya ingin membeli makanan lagi. Namun, ternyata keduanya melihat kotak sumbangan yang ada di sudut ruangan warung makan ini. Mereka ingin memasukkan uang di kotak tersebut. Memang tidak secara eksplisit mereka menyatakan ingin menyumbang, tapi saya yakin mereka belajar dari lingkungannya.

Sangat disesalkan ternyata niat baik anaknya itu bertepuk sebelah tangan dengan ayahnya. Si Ayah tetap saja asyik merokok. Lama merengek tapi tidak menuai hasil mereka beralih kepada ibunya. Ibunyapun demikian, mungkin karena sudah merasa putus asa akhirnya mereka mengeluarkan jurus terakhir yakni menangis. Si ibu akhirnya merespon dengan membuka dompet pink-nya. Setelah dibuka nampak ibunya repot mencari "uang kecil". "Gak ada yang kecil dek!" kata ibunya mencoba memberi pengertian. "Itu aja maa..." anaknya menunjuk lembaran-lembaran uang di dompet itu. Akhinya si ibu menengok ke arah perempuan di sampingnya, mungkin juga itu adiknya. Bahagialah kedua anak itu mendapat masing-masing Rp 1.000,-, lalu dimasukkannya ke dalam kotak sumbangan tersebut dengan akhir "horeeeeee...". Sayapun ikutan lega mendengarnya.

Pesan sponsornya adalah jangan hanya gencar menyuruh anak berlaku baik tapi ketika mereka hendak mewujudkannya Anda sebagai orang tua acuh tak acuh. Tidak baik pula mendidiknya untuk mengenal jumlah (pelit) ketika menyumbang atau sejenisnya, biarkan jiwa sosialnya berkembang sedari kecil. Sebagai orang tua sepatutunya memberikan ruang dan jalan kepada mereka, bila memang mereka tidak paham dengan jumlah yang sepatutnya maka cukup berikan pengertian dan jangan melarang. Jangan hanya sayang dengan anak dari fisiknya saja tapi sayangilah juga masa depannya. Adalah sangat baik memupuk jiwa sosialnya sejak dini, kelak hal seperti itu menjadi investasinya di hari tua untuk menolong dan juga di tolong.

Sekian dan terimakasih.

Salam dari Warung,

Indra Furwita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline