Lihat ke Halaman Asli

Ketika Dosen Ngupil

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13026785721525399345

[caption id="attachment_100451" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi by http://anakitb.wordpress.com"][/caption]

Bukan hanya mahasiswa yang memiliki beragam tingkah aneh, dosen pun demikian. Maklum saja, pada dasarnya dosen juga manusia. Begitupun dengan Arifinto, Ia juga manusia dan memang sudah qualified untuk menonton hal porno seperti itu mengingat usianya yang sudah mapan. Tapi sejenak kita abaikan itu dulu karena kali ini kasusnya berbeda dengan Arifinto, dosen saya hanya melakukan kegiatan sehari-hari yang lazim dilakukan oleh manusia pada umumnya.

Siang hari (13/04/11), pintu kelas di lantai dua sudah di bukan dan saya seperti biasa selalu duduk di posisi depan. Pak dosen langsung memerintahkan agar mencatat 5 soal yang sudah tertulis di white board, karena kelas sebelumnya juga diisi dengan mata kuliah yang sama. Sambil menunggu isi materi yang akan disampaikan dosen hanya duduk di kursi dosen. Cukup lama juga pak dosen kami buat menunggu.

Setelah cukup lama menunggu, mungkin juga Pak Dosen sedang jenuh dibuatnya. Tiba-tiba kulihat beliau sedang mengupil, sontak saya hanya bisa tertawa dalam hati. Kalau sampai saja beliau tahu saya tertawakan maka fatal akibatnya. Tapi ternyata proses ngupil itu terus saja berlangsung bahkan beberapa dari rekan mahasiswa juga menyadari hal tersebut. Apalagi tepat di depan mejadnya duduk deretan mahasiswa yang sedang mencatat. Akhirnya setelah lama usai dengan prosesinya, beliau langsung memberikan materi hingga akhir waktu.

Sepertinya dari dua peristiwa itu memiliki kronologi cerita yang sama. Arifinto yang kepergok tengah menonton video porno sebenarnya adalah suatu hal yang wajar bagi setiap manusia yang dewasa dan lebihnya bagi yang telah berkeluarga. Hanya saja perbedaannya dengan dosen saya, tidak ada kamera yang membidiknya sedangkan pak Arifinto tidak menyadari sedang di potret dari kejauhan. Andai saja saya membawa kamera dan berlagak bagai wartawan, bisa saja dosenku malu karena fotonya saya ekspose.

Pesan sponsornya adalah jaga selalu sikap, perkataan dan tingkah laku kita ketika berada pada ranah publik. Karena pada saat berada dalam ranah publik maka masyarakat luas bebas menilai kita apa adanya seperti yang mereka lihat, walau itu belum tentu kebenarannya. Mungkin bagi kita itu wajar, tapi bagi sebagian orang di luar sana itu sesuatu yang tabu. Maka sepatutnya kita bisa membedakan antara ruang publik dan pribadi.

Mohon maaf kepada bapak Dosenku yang terhormat.

Sekian dan terimakasih.

Salam,




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline