[caption id="attachment_98441" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi by http://janurahabazzain.blogspot.com"][/caption]
Pacaran adalah status yang disandangkan oleh pasangan pemuda dan pemudi yang menjalin hubungan percintaan. Hubungan pacaran menjadi berkesan jika dibarengi dengan kegiatan kencan. Biasanya pasangan muda memilih kencan di malam minggu. Entah sejarah awalnya dari mana hingga menjadi tradisi yang turun temurun hingga saat ini begitu digemari.
Malam minggu sepertinya sudah menjadi budaya baru yang mendalangi para remaja ke arah pacaran yang "tidak sehat". Utamanya mereka yang berada di perantauan, otomatis lepas dari pengamatan orang tua. Hingga akhirnya merasa bebas berkencan kemanapun dia dan pasangannya kehendaki. Tentang akibatnya nanti, adalah perkara belakangan. Terpenting adalah kisah cinta malam itu berkesan untuk dilalui dan dikenang.
Semalam (27/03/11) adalah malam minggu yang mungkin akan berkesan indah untuk sepasang kekasih yang tanpa sengaja saya pergoki. Mereka sedang asyik "beraksi" di sebuah warnet, tampak pada saat saya berlalu di depan biliknya yang terbuka. Dalam hati saya bergumam, di warnet terbuka saja seperti itu apalagi warnet yang tertutup rapat, mungkin bisa lebih dari hanya sekedar bercumbu.
Lebih mirisnya lagi, pada saat itu menjelang dini hari sekitar pukul 23:30 WIB. Kisaran saya, waktu yang normal untuk bermalam minggu adalah maksimal pukul hingga 21:00 atau 22:00 WIB. Namun, jika sudah demikian hingga larut malam maka turut dipertanyakan apa maksud dari kencan dini hari seperti itu. Mungkin juga kos-kosannya sudah terkunci sehingga tidak dapat kembali dan tidur dengan enak di kamar. Mungkin juga ada indikasi kesengajaan karena masih kangen atau tidak ingin berpisah untuk semalam saja. Apapun jawabannya itu ada pada benak mereka, jauh dari kewenangan saya untuk bertanya kepada mereka.
Adanya aktivitas-aktivitas seksual seperti yang dilakukan seperti mereka mengindikasikan ke arah pacaran yang tidak sehat. Semakin kuat adanya kesimpulan bahwa sebuah hubungan dikatakan pacaran jika dilalui dengan tindakan seksual atau percumbuan. Hal seperti inilah yang menjadi awal mula lahir dan maraknya seks bebas di kalangan remaja. Maka tidak heran jika survey-survey yang berbedar menyebutkan bahwa dominan remaja kita sudah tidak perawan lagi.
Pengalaman ini bukanlah untuk yang pertama kalinya saya lihat. Di Yogyakarta sendiri banyak type-type warnet yang mendukung untuk aksi percumbuan seperti itu. Tempatnya tertutup dan sangat menjaga privacy. Berdalih kepentingan privacy itulah usaha di balik trik warnet untuk menarik pengunjung. Walhasil mereka yang masuk dan menikmati adalah pasangan muda yang berkedok cinta untuk bercumbu berdua. Sudah lama hal seperti itu menjadi rahasia umum di masyarakat.
Mendapat tempat seperti itu membuat para remaja tidak pikir panjang untuk melakukan hal lebih dari hanya sekedar hubungan berpacaran. Dari awalnya hanya sekedar ingin tahu satu sama lain, pendekatan, hingga akhirnya menjurus pada hubungan seksual. Berangkat dari kencan bersama, karena alasan masih ingin terus bersama hingga lupa waktu untuk pulang. Tiada pilihan selain menghabiskan waktu di luar walau dalam gelap dan dinginnya malam.
Kembali pada kedua remaja itu. Setelah merasa cukup sekitar 1 jam lamanya akhirnya mereka keluar dari warnet. Mengeherankan buat saya kemanakah mereka nantinya akan pergi? karena bila kembali ke kos, apa kata ibu atau teman kosnya karena sudah pulang larut malam. Hanya ada dua pilihan kemungkinan, ke kos cowoknya atau ke penginapan. Itu pun jika kos cowoknya menganut kebebasan untuk jam malam, jika tidak maka penginapan sederhana menjadi tujuan terakhir.
Mengingat di Jogja banyak bertebaran penginapan-penginapan yang bebas ditempati hanya dengan bermodalkan uang. Dengan tarif Rp 40.000,-/malam sudah dengan fasilitas kamar mandi dalam dengan tempat tidur yang besar dan nyaman. Tidak ada permintaan untuk meninggalkan kartu tanda pengenal apapun. Lebih parahnya lagi tidak ada persyratan sejenis atau tidak, berkeluarga atau tidak, semua bebas. Setidaknya itu pengalaman saya saat berkunjung bersama rekan-rekan kos ke wisata Kaliurang, syukurnya kami tidak dilengkapi oleh wanita.