Lihat ke Halaman Asli

Hei Nak, Lihat Dirimu!

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12997432421090007384

[caption id="attachment_93530" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi by cerpentarakan.blogspot.com"][/caption] Baru saja saya menyaksikan sebuah peristiwa, tepat terjadi di depan saya. Kesal dan bercampur amarah, itulah yang saya rasakan. Bagaimana tidak kesal, jika melihat anak seumuran SMP, sudah berani menunjukkan muka kesal di hadapan orang tuanya. Pantaskah itu? Biarlah Anda yang menjawabnya. Siang ini saya nongkrong di warnet, dan kebetulan melihat peristiwa itu. Anak itu masuk sekitar 15 menit yang lalu bersama seorang rekannya. Anak ini cukup akrab dalam pandangan saya. Karena sering berjumpa di warnet ini. Selang beberapa menit kemudian datang seorang bapak tua renta mengendarai motor. Beliau masuk ke warnet dan bermaksud menemui anaknya. Ternyata beliau ingin meminjam helm yang dibawa oleh anaknya itu. Tidak lama Bapak itu beranjak keluar dari warnet, tapi entah karena apa beliau kembali menemui anaknya. Kali ini beliau ingin menukarkan motor yang dibawanya dengan motor anaknya. Tapi mungkin karena si anak menolak, maka urunglah niatnya. "Izzzzzhhh" keluh anak itu sambil membuka warnet dan memberikan kunci pada Ayahnya. Tidak jelas apa yang dikatakan oleh Bapak itu, tapi yang pasti beliau menolak menerima kunci motor dari anaknya. Mungkin juga kesal atau apa saya tidak mengerti. Namun yang lebih menyakitkan lagi, anak itu tampak malu-malu berinteraksi di depan Ayahnya. Apakah karena sudah tua renta dan ada seorang cewek cantik di sekitarnya saya juga tak tahu. Tapi yang jelas saya mengenali mimik wajah anak itu. Andai saya menjadi Bapak itu, maka saya akan berkata "Hei Nak , lihat dirimu!". "Siapa kamu tanpa aku?". Begitu risihnya saya melihat peritiwa tadi. Baru saja saya menuliskan hal yang erat kaitannya dengan etika, tapi tidak sampai 20 menit sudah terjadi peristiwa kontra. Dari peristiwa itu dapat kita ambil sebuah pembelajaran, bahwa orang kita mulia dan segalanya. Mereka adalah amanah Tuhan. Tak sepantasnya kita menyia-nyiakan mereka, apapun alasannya. Harta benda yang kita miliki semua berawal darinya, beliaulah perpanjangan tangan Tuhan. Seberapa kesalnya kita kepada orang tua, tidak ada pantas-pantasnya kita bersikap peluh di hadapannya. Kesalahan beliau tidak sebanding dengan belas kasih selama ni. Kasih sayang yang diberikannya pada kita, tak pernah mengenal rasa malu sedikitpun. Mereka selalu membela kita setiap saat kita terpojok. Lalu apa alasan kita kecewa? TIDAK ADA. Hai para pemuda pemudi. Kalian akan merasakan hal yang sama ketika tiba saatnya nanti menjadi seperti mereka. Pelajarilah sebanyak mungkin dari mereka. Itulah bekal kita di masa tua. Semoga menjadi bahan bacaan positif untuk kita semua.

----------------Kamis, 10/03/2011---------------

Salam,




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline