Lihat ke Halaman Asli

Terimakasih Uya Kuya

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Katakan semua yang ingin kamu katakan, ungkapkan semua yang ingin kamu ungkapkan. Namun jangan dikatakan bila kamu merasa itu tidak perlu untuk dikatakan”

Kenal dengan kalimat itu? Itulah yang akan saya bahas pada kali ini.

Malam ini saya ingin sedikit berbagi opini tentang sebuah tayangan dari salah satu stasiun TV swasta. Mungkinbeberapa diantara dari kita sudah akrab dengan tayangan ini. Sebuah program acara yang mengandalkan keahlian dari sang pembawa acara yang merangkap menjadi aktor utama dari tayangan tersebut. Adegan menghipnotis objeknya lalu menanyakan hal-hal seputar unek-unek dari sang objek menjadi nilai jual tersendiri. Itulah yang menjadi khas dari program UYA KUYA. Tak perlu lagi menjelaskan siapa yang menjadi pembawa acaranya. Anda sudah tahu siapa orangnya. Dengan fashion yang norak menjadi imej yang melekat padadirinya.

Sebelumnya saya sempat menganggap acara ini sebagai acara yang tidak penting. Hanya dengan bermodalkan kemampuan hipnotis lalu memperoleh prioritas penayangan. Alangkah lebih baik jika diisi dengan hal-hal yang lebih bermanfaat bukan? Dengan mencari korban atau objeknya dengan agaknya memaksa. Apalagi jika calon objek merasa takut bila segala hal yang buruk dalam dirinya terkuak ke publik. Bisa dibayangkan betapa malunya mereka bila semua itu menjadi tontonan seluruh masyrakat Indonesia selain dari tempat syuting. Selain itu dengan menguak aib dari objeknya merupakan salah satu alasan tersendiri. Walaupun sebelumnya disugestikan untuk tidak mengatakan hal yang tidak perlu dikatakan. Namun setidaknya ada sesuatu yang mungkin kurang etis untuk diperdengarkan.

Aspek komersialnya pun turut diperhitungkan. Tentu dari mereka yang bersedia menjadi objeknya memperoleh semacam honor karena telah bersedia menjadi artis setitik sesaat. Namun saya yakin mereka tentu memperhitungkan nilai jualnya. Semakin greget alur ceritanya maka semakin banyak pula pasangan mata yang menyaksikannya. Dengan demikian keuntunganpun dapat diraih sebanyak-banyaknya. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya iklan yang mendompleng acara tersebut agar disaksikan para pemirsa.

Dilihat dari isi ceritanya, sangat beragam. Mulai dari yang paling dominan sepasang kekasih dengan kasus-kasus yang unik. Bisa saja putusan karena selingkuh, makin solid karena setianya atau bahkan sampai betukar pasangan. Aneh, tapi nyata. Ada juga kisah Ibu dan Anak yang merasa lega setelah masing-masing mengungkapkan isi hatinya, kekesalannya yang mungkin endingnya tidak akan samabila tidak diceritakan pada acara ini. Itulah hipnotis, semuanya bisa saja kita ceritakan tanpa disadari. Dengan leluasa kita bisa menceritakan semuanya. Walauun ada yang tidak perlu sebenarnya.

Namun, akhir-akhir ini agaknya ada sesuatu hal yang membuat saya mendukung acara ini. Dibalik semua yang tidak baik di atas, saya menemukan sisi lain yang bernilai positif bila di telaah. Setidaknya 2 hari terakhir ini saya mengikuti program ini. Pertama, seorang Ibu yang berusaha membahagiakan anaknya dengan mengajak berjalan-jalan. Karena suaminya yang tega meninggalkan dirinya demi menjadi suami ke-tujuh. Sungguh sebuah pembelajaran hidup bila dipahami. Sisi lain yang terkadang luput dari pemikiran tapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi kepada salah satu di antara kita.Kedua (malam ini), sepasang kekasih muda yang telah berpacaran selama 4 tahun. Namun sempat menjadi perhatian karena si cewek ditampar oleh si cowok. Alhasil menarik perhatian Uya untuk menyelesaikannya dengan jurus andalan, HIPNOTIS. Pada akhirnya mereka kembali menyatu karena perjanjian keduanya, sicewek tidak akan selingkuh lagi dan si cowok berjanji tidak kasar lagi yang telah membuat si cewek berniat ke lain hati. Wowww,,, benar-benar alur yang mengharukan.

Maka dari itu saya tidak bisa menapikkan bahwa saya mendukung acara ini. Dibalik kekurangan ternyata ada hal yang lebih bermanfaat. Walaupun tidak seluruhnya ya tak apa, yang penting ada banyak manfaat, utamanya bagi objek hipnoterapinya (sebutan pribadi). Unek-unek atau rasa dongkol terhadap seseorang bisa terungkapkan semua. Tidak takut akibatnya akan seperti apa. Karena dipukulpun sudah tidak berasa. Dengan demikian semuanya akan jelas. Tidak ada yang disembunyikan.

Di sisi lain, mengenai hal yang tidak pantas. Baik yang ditampilkan maupun perkataan yang tidak baik atau tidak seharusnya, bisa diselesaikan dengan sensor. Karena pada prinsipnya objek diberi keleluasaan untuk memilah hal yang tidak perlu tadi. Saya yakin tidak semuanya bisa disensor karena mempertimbangkan nilai jualnya. Tapi tak apa, setidaknya hak prerogatif bisa dipenuhi. Jadi bila yang bersangkutan saja tidak keberatan, mengapa Anda yang merasa berhak keberatan? Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Uya saat penutupan acaranya. Sedangkan timbal balik yang diperoleh, sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa mereka setidaknya mendapat honor dengan ditandatanganinya sebuah “hitam di atas putih” berlandaskan materai 6000. Walaupu saya tidak tahu persis seperti apa bentuk dan jumlahnya. Ini sebatas prakiraan yang kemungkinan besar terjadi.

Anda berminat meluapkan semua unek-unek Anda selama ini kepada seseorang??? Silahkan banyak-banyak bermain ke Mall, tempat dominan Uya melakukan aksinya.

Ya... Setidaknya itu asumsi pribadi saya yang logis dan syukur-syukur bisa sependapat dengan Anda.

Terimakasih, Kompasianer! Anda semua ada di Uya Emang......Kuya !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline