Lihat ke Halaman Asli

Hari Santri Nasional: Momentum Mengokohkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin

Diperbarui: 22 Oktober 2015   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Oleh : Indra Fakhruddin

 

Bagi Anda yang pernah dan sedang mengenyam pendidikan di pondok pesantren (ponpes)sebagai santri berbahagialah. Karena hari ini 22 Oktober 2015 dicanagkan sebagai Hari Santri Nasional (HSN) berdasarkan Kepres No 22 Tahun 2015. PBNU secara serentak akan menggelar Kirab Santri guna menyambut kegembiraan atas lahirnya HSN. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi kenapa tanggal 22 Oktober dicanangkan sebagai HSN. Bahwasannya HSN sebagai simbol penghormatan negara kepada  kaum santri atas kontribusinya terhadap perjuangannya membela tanah air. Selain itu ada alasan mendasar secara emosional relijius yaitu menghargai perjuangan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asya'ari mengeluarkan resolusi jihad sehingga berhasil mengobarkan semangat juang badan-badan kelaskaran, TKR, Hizbullah hingga rakyat biasa. Akibatnya pertempuran antara laskar santri, arek-arek Surabaya dan penduduk bersenjata melawan penjajah Inggris, NICA-Belanda pada tanggal 27,28, 29 Oktober 1945 puncaknya ekskalasinya pada 10 Nopember 1945. Pertempuran 10 Nopember 1945 yang menghanguskan kota Surabaya kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan.

Ulama dan Jihad

Memang tidak bisa menutup mata dari fakta sejarah atas kontribusi besar para santri yang notabene dibalik mereka ada ulama-ulama yang wara' dan ikhlas mempertahankan setiap jengkal negeri muslim terbesar ini dari jarahan penjajah. Dilihat jauh kebelakang, mata rantai perjuangan ulama sudah dimulai sejak islam masuk ke nusantara yang dibawa oleh para wali utusan kehilafahan islam. Merekalah muasis atau pelopor Diliha,penggerak, pembela nusantara pertama dari negara imperialis barat. Gayung bersambut mereka melahirkan generasi-generasi ulama melalui pola pendidikan pertama di nusantara yang diletakkan sebagai pondasi perjuangan. Lembaga pendidikan itu dikenal sebagai Pesantren. 

Sebagai lembaga pendidikan sentral kala itu pesantren sangat diperhitungkan oleh penjajah. Karena dari pesantren tumbuh ruh jihad. Para ulama menyulutkan api jihad mengusir para penjajah. Ruh jihad adalah rahasia kekuatan umat islam yang tidak dimiliki oleh umat manapun. Para ulama mendidik santri bahwa jihad (bermakna qital) adalah metode syar'i untuk membela negeri islam dari tangan penjajah. Oleh sebab itu metode ini sangat ampuh memukul balik penjajah dari negeri islam. 

Dalam sejarah kita mengenal pejuang-pejuang tanah air seperti Imam Bonjol, Tengku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Diponegoro dan masih banyak lagi berada dibawah kibaran jihad dalam mengusir penjajah. Kerangka pembelaan mereka diatasnamakan jihad dan islam bukan nasionalisme yang dikotori dengan ashobiyyah sekuler seperti sekarang ini. Para ulama mengajarkan pada sejarah bahwa jihad adalah ajaran Al-Quran bukan tindakan bar-bar apalagi tergolong tindakan terorisme kekerasan mengatasnamakan agama sebagaimana dituduhkan oleh kaum liberal. 

Menghidupkan Politik Santri

Tak salah jika Hadratussaikh KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan Resolusi Jihad untuk melawan penjajah diera pasca kemerdekaan RI. Sebuah keputusan yang patut diapresisasi. Atas resolusi jihad tersebut mampu menjadi pemersatu semua komponen bangsa terutama mampu secara masif mengomando seluruh kekuatan santri diseluruh pelosok negeri khusunya di Jawa Timur untuk keluar dari pesantren bersama-sama mengangkat senjata melawan penjajah. 

Bila ditilik dari sejarah ini, maka sudah sewajarnya umat islam di Indonesia menjaga kultur islam yang dibangun oleh pendiri bangsa yaitu para ulama dan santri. Islam harus dikembalikan sebagai jati diri bangsa. Jadi kalau ada upaya meminggirkan peran islam dari negara merupakan tindakan ahistoris dan juga dosa. Para ulama sudah berjuang keras agar negeri katulistiwa yang elok ini diatur berdasarkan syariat islam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline