Lihat ke Halaman Asli

Indra Giri

The Sun is rising...

Blokir Jokowi Riuh oleh Telegram

Diperbarui: 17 Juli 2017   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ss.pribadi

Masih ingat kejadian seorang hakim garis sepakbola tanpa malu-malu mencegat Lionel Messi untuk minta foto bersama?.  Saat itu ia sejenak meninggalkan "kehormatan" seorang hakim lapangan hijau demi "gambar" dirinya dengan idola sejagat itu, untuk kemudian "mungkin" dapat diceritakannya kepada anak cucunya... Ia telah menjadi dirinya, ketika itu.

Joko Widodo saat jadi Gubernur DKI, idola ibu-ibu kampung dan kawula muda progressif nasionalis, suatu hari tidak bisa menolak "kewajiban protokoler" dari Istana Merdeka untuk mendampingi presiden sekaligus atasannya, SBY. Terlihat dia kemudian menjadi kaku, dan 'terprogram' seolah terpasung. Itu seperti bukan dirinya, hingga sejurus kemudian dengan apa yang ada dibenaknya "bekerja dan bekerja", ia mendadak  ada diantara kepadatan kendaraan Jakarta yang semrawut, memantau dan mencari ide serta solusi. Jokowi kembali menjadi diri sendiri.

Dan lain-lain.... dan seterusnya... *Jokowi saya buat sebagai bahan di sini karena sedang/masih #trendingtopic :))

Trending topik?

Sspribadi

Benar, di jagat Twitter #blokirjokowi masih diperbincangkan oleh mesin. Mereka tidak terima pemblokiran aplikasi Telegram yang dianggap berbahaya. Meski di negara asalnya juga diblokir, saya sendiri masih tidak  tahu mana yang lebih berbahaya, aplikasi taksi online atau Telegram.

Saat para sopir taksi melumpuhkan Jakarta, presiden Jokowi tidak jadi trending sebab hidup sopir mungkin tidak penting bagi kedua kubu ( presiden dan mesin pembencinya ). Walaupun aplikasi taksi online selain berdampak nyata menambah beban lalulintas yang macet, menyengsarakan para sopir dan keluarganya, juga menjadi penghimpun informasi intelijen yang efektif.

Kedua aplikasi dari dua jenis kehidupan dan kepentingan telah menjadikan presiden sebagai alien bagi sebagian orang. Bukan lagi idola ibu ibu dan kaum muda serta orang miskin.

Tapi itu adalah peran yang harus dimainkan. Biarlah itu sebagai urusan Jokowi dan mesin pembencinya.

Sementara kita, anda dan tentu saja saya pribadi. Ada saat dimana kita menjadi "alien" dengan menjadi (berusaha) seperti yang diinginkan orang lain, atau memang sudah harus demikian.

Kemudian kita menjadi diri kita sendiri hanya saat dimana kita melepas pakaian, membersihkan diri sendiri, dan menjelang kita mencoba tidur setelah hari yang melelahkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline