Lihat ke Halaman Asli

Indra Charismiadji

Pemerhati dan Praktisi Pendidikan 4.0 yang peduli dengan Pembangunan SDM Unggul

Ibarat Messi, Guru Harus Tunjukkan Kualitas Terbaik agar Dihargai Tinggi

Diperbarui: 15 Mei 2020   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lionel Messi oleh Forbes tercatat sebagai atlet dengan bayaran tertinggi (Foto: AFP/LLUIS GENE via Kompas.com)

Siapa yang tidak mengenal Lionel Messi? Seorang pemain sepak bola berkebangsaan Argentina, yang bermain untuk klub Barcelona di Spanyol. 

Menurut majalah Forbes, Messi menempati posisi teratas sebagai atlet dengan bayaran tertinggi di seluruh dunia pada tahun 2019 yang lalu. Gaji Lionel Messi adalah 84 juta dolar amerika per tahun atau sekitar 100 miliar rupiah per bulan.

Apabila seseorang secara acak kita pilih dan diberi gaji Rp100 miliar per bulan, apakah otomatis orang tersebut memiliki kemampuan sepak bola sehebat Messi? 

Saya yakin jawabannya tidak. Yang terjadi adalah Messi menunjukkan kemampuan sepak bola yang luar biasa sehingga klub Barcelona mau menggaji Rp100 miliar per bulan.

Ini cara kerja dunia profesional. Barcelona tidak rugi mengeluarkan biaya begitu besar. Mereka justru meraup keuntungan yang luar biasa besar karena tiket pertandingan, sponsor, hak siar, dan lain sebagainya menjadi penghasilan klub tersebut. Konsep ini yang sering disebut simbiosis mutualisme alias hubungan yang saling menguntungkan.

Sayangnya selama ini pandangan terhadap pendidik di Indonesia tidak menggunakan logika di atas.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah mengatakan, dalam forum pertemuan guru, setiap diminta untuk meningkatkan mutu pengajaran para guru lebih memilih untuk diam. Sedangkan jika dalam forum itu membahas kenaikan pendapatan maka respons para guru langsung terlihat.

Saya adalah salah satu orang yang sering mengkritisi kompetensi dan kapasitas para pendidik di Indonesia. Tentunya bukan karena saya membenci para pendidik. Bagaimana mungkin saya membenci profesi utama keluarga besar saya?

Mulai dari kakek, nenek, paman, bibi, dan sepupu-sepupu saya adalah bekerja sebagai guru atau dosen. Apa yang saya sampaikan bukan karena saya tidak tahu kondisi lapangan, justru karena saya hidup bersama para pendidik seumur hidup saya.

Jika anda membaca komentar-komentar yang diberikan para pendidik pada pendapat saya tentang rendahnya mutu pendidikan Indonesia dan ini dapat dikonfirmasi pada unggahan berita maupun media sosial, mayoritas berargumentasi bahwa hal itu disebabkan karena rendahnya penghasilan para pendidik. 

Secara langsung, saya pun sering berdebat dengan para pendidik mengenai hal tersebut di atas, dan argumentasi saya tidak berubah. Tunjukkan kompetensi dan kapasitas sebagai seorang "Lionel Messi" baru 100 miliar per bulannya akan muncul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline