Di tengah arus globalisasi serta pandemi Covid-19, tingkat kesadaran masyarakat terhadap risiko masih tergolong rendah. Kondisi tersebut mendorong terbentuknya Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO), perkumpulan individu dan organisasi dengan persamaan pandangan, serta visi untuk memasyarakatkan budaya sadar risiko.
Melalui edukasi, advokasi, kajian, dan informasi berbasis bukti ilmiah, MASINDO berharap bisa mewujudkan visi tersebut.
Pada peluncuran via webinar yang digelar secara daring, Rabu (15/12), MASINDO mengusung tema "Membangun Masyarakat Sadar Risiko Bersama MASINDO di Era Pandemi". Peluncuran ini merupakan momentum bagi MASINDO untuk berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, ahli kebijakan, kesehatan, dan lingkungan, serta masyarakat umum.
Dalam webinar yang dipandu oleh host Suci Patia ini ada sejumlah pembicara yang aktif mengampanyekan sadar risiko, yaitu Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Republik Indonesia drg. Agus Suprapto, M.Kes.
Selain itu, ada juga Peneliti Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM), Satria Aji Imawan, Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR) Dedek Prayudi, dan penyanyi sekaligus self-awareness enthusiast, Andien Aisyah.
Dalam acara tersebut, Ketua MASINDO, Dimas Syailendra Ranadireksa mengatakan bahwa masyarakat sering bertindak tanpa memikirkan tentang risiko dan cara menanggulanginya.
"Masindo mempunyai visi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sadar dan peduli risiko untuk hidup lebih sehat secara jasmani dan rohani. Untuk merealisasikan visi tersebut, MASINDO akan membangun kesadaran mengenai risiko, dampak, dan strategi menguranginya," papar Dimas.
Lebih lanjut, Dimas memaparkan salah satu upaya yang bisa dilakukan saat ini adalah mengedukasi masyarakat tentang konsep pengurangan risiko atau bahaya (harm reduction) guna mengurangi risiko kesehatan, lingkungan, dan sosial terkait dengan kebiasaan tertentu melalui alternatif yang lebih baik, terutama jika berhenti total sulit dilakukan.
"Konsep ini telah banyak diadopsi dalam kebijakan pemerintah maupun kebiasaan masyarakat, seperti menggunakan sabuk pengaman dan helm saat berkendara, inovasi mobil listrik, substitusi kantong plastik sekali pakai, dan beralih ke produk tembakau alternatif dibandingkan dengan merokok. Selain itu, budaya sadar risiko dapat dimulai dari penerapan protokol kesehatan dan upaya lainnya dalam kehidupan sehari-hari," ungkapnya.
Keberadaan MASINDO sangat diapresiasi oleh drg. Agus Suprapto, M.Kes. Selaku pembicara kunci, ia mendukung kehadiran MASINDO dalam membantu pemerintah meningkatkan kesadaran perilaku berisiko di tengah masyarakat, terutama di masa pandemi. Faktor kesehatan menjadi landasan utama agar bisa bergerak maju dalam bidang ekonomi, sumber daya manusia, maupun industri.
"Saya bersyukur dengan situasi dan adanya framing baru sebuah kelompok yang bermain di tingkat kesadaran. Ini hal baru, jadi saya ucapkan selamat dan sukses karena MASINDO masuk ke jiwa bukan soal yang tampak saja, tapi di bawah alam sadar. Ini pekerjaan yang luar biasa dan lebih laten dampaknya terhadap masa depan kita," ucap Agus.