Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Bidadari Subuh

Diperbarui: 9 Maret 2019   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bidadari Subuh

Belum lagi saatnya mentari menyapa
Tapi, engkau telah menaruh curiga
Kepadaku, kau tuduhkan sengaja
Seakan aku selingkuh dengan dia
Sementara aku dan dia telah ada yang punya

Dari timur tenggara hutan berkokok ayam jantan
Bersahut pula dengan kumandang adzan
Aku menyela tidak demikian
Engkau diam menjatuhkan air mata
Dan, pagi pun tiba

Kerongkongan ini telah kering
Namun, kau tetap saja menuding
Aku mengamuk
Kau takluk, jiwaku malu-malu menunduk
Lalu apa lagi yang ingin kau tepuk

Bulir-bulirnya embun pagi mengkristal di dedaunan padi
Menetes perlahan hingga menyentuh kulit bumi
Memberi sejuk ke dalam lubuk sanubari
Lagi-lagi ku terniang lagi lidahmu berkata aduhai lembut sekali

Berkali-kali aku marah, engkau bijak menyikapi
Tentram jiwaku ramah tamah engkau menyapa
Jujur hati ini lemah tak berdaya
Engkaulah sahabat, engkaulah cinta
Terasa lagi asmara perdana itu kembali
Masa ke mana pertama kali kita berjumpanya di mana

____________

Copyright by: Indra Sp. Lembong
Banda Aceh, Edisi Sabtu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline