Lihat ke Halaman Asli

Indra Rahadian

TERVERIFIKASI

Pegawai Swasta

Mempertahankan Pancasila, Seberapa Tangguh Dirimu?

Diperbarui: 1 Juni 2021   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (foto: Iqbalnuril via Pixabay)

NEGARA ini terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa dan adat-istiadat. Di bawah cengkraman Garuda, tertulis semboyan yang berbunyi, "Bhineka tunggal Ika." Artinya, Berbeda-beda tetap satu. 

Pancasila, dasar negara dan pedoman bernegara yang kadang kita abaikan maknanya. 

Hari lahir Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni. Mengambil momentum sidang BPUPKI pada tahun 1945. Pidato Bung Karno, memperkenalkan Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia. 

Bangsa yang lahir dari persatuan suku bangsa di Nusantara, tanpa menghilangkan identitas suku-suku bangsa yang bersatu di bawah Sang Saka Merah Putih. 

Pancasila bukan sekedar "oleh-oleh" presiden Soekarno sepulang dari Ende. Melainkan sebuah kesepakatan yang lahir dari ruang diskusi panjang bersama tokoh-tokoh politik, agama dan kebudayaan. 

Definisi Indonesia dan Pancasila, bahkan dapat diejawantahkan dalam kajian kebudayaan masing-masing suku bangsa. Karena sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyesuaikan diri menghadapi berbagai zaman tanpa harus mengubah nilai fundamentalnya.

Benang merahnya tentu saja keutuhan negara, dan hidup berdampingan dalam perbedaan dengan damai. Tentu hal ini diselaraskan dengan Ketetapan MPR No.I/MPR/ 2003, yang memuat penjelasan butir-butir Pancasila.

Pada peringatan tahun ini, pemerintah melalui BPIP mengambil tema, "Pancasila dalam tindakan, bersatu untuk Indonesia tangguh."

Lantas, seberapa tangguh kita untuk mempertahankan Pancasila? Dan bagaimanakah tindakan yang Pancasilais itu? 

Hari ini, sebagian kita akan memanggil anak-anak kita ke muka dan memintanya untuk membacakan ke-lima sila dalam Pancasila. Bagi sang anak, hal itu sebuah bentuk dikte yang biasa dilakukan di sekolah. 

Hafalan urutan Pancasila di luar kepala. Namun, apakah cukup menjamin sang anak mengerti maksud dari setiap sila yang diucapkan? akankah mereka menghentikan perlakuan buruk pada teman-temannya yang berbeda agama, logat bahasa, dan warna kulit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline